Mohon tunggu...
Abengkris
Abengkris Mohon Tunggu... Koki - Pengarang

Seorang ambivert yang berdamai dengan dirinya sendiri melalui menulis. Lihat aktivitasnya di www.abengkris.com dan Facebook, Twitter, Instagramnya @abengkriss

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bocah yang Merindu

27 Januari 2020   21:43 Diperbarui: 27 Januari 2020   21:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bertahun-tahun rindu di semayamkan dalam hati seorang bocah, menimbun kenangan dan ingatan di rongga jiwa yang gundah.

Kepada siapa maaf di sampaikan jika rupa pun sudah mulai terlupa, garis senyum yang tak dapat lagi di pandang oleh mata.

Raut wajah pemarah yang menakuti si bocah yang tak mau tidur siang, sosok tempramental namun sekaligus penyayang.

Jangkrik pun merindu dongenganmu yang begitu membius seisi malam, tembang lama dan juga sya'ir kutipan sampai sejarah mataram.

Kebersamaan kala melepas lelah di ladang ubi belakang rumah, adalah kisah indah dalam kesederhanaan bagi sang bocah.

Air matamu tak terbendung melenyapkan citra garang di wajahmu, saat terpaksa membelah celengan sang bocah demi rokok yang tak terbeli olehmu.

Kau bilang pada sang bocah suatu saat akan kau ganti celengan itu, nanti jikalau dapat kerja dan rejeki janjimu.

Bocah itu menurut saja ucapanmu dengan lugunya, tanpa tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Hingga sang bocah beranjak remaja dan berkumpul dengan seusianya, peristiwa 5 maret adalah awal kehancuran bagi segala cita-cita.

Harapan yang kau panjatkan di antara doa-doa di sepertiga malam, mencoreng wajahmu seketika saja tanpa salam.

Bocah itu benci kau pergi meninggalkan perjuangan yang menjadi beban, tapi bocah itu lebih membenci dirinya yang tak bisa menjadi yang kau impikan.

Bocah itu di benci, di kucilkan, di remehkan, di pergunjingkan, sedikit demi sedikit bangkit berkat pesan yang terakhir kali kau titipkan.

Kelak sang bocah akan menjadi seorang pria dewasa, serta akan menemukan sejatinya menjadi manungsa.

Ketika sang bocah akhirnya tumbuh dan belajar makna serta arti kehidupan, namun kenangan datang menyodorkan kerinduan.

Sang bocah telah dewasa menjadi dirinya sendiri, setelah menjalani hukuman batin dan alam semesta ini.

Lalu sang bocah bertanya dalam hati, kapan kau kembali.

Batam, 2 April 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun