Dari Franky & Jane ke Gerbong Hari Ini
"Dengan kereta malam ku pulang sendiri." Bait pembuka Franky & Jane ini mengingatkan masa ketika interaksi di transportasi umum mengalir tanpa paksaan. Orang bisa saling tatap, lalu bercerita panjang---bahkan soal anak yang sudah tiada, cuma karena wajah kita mirip.
Sekarang? Tatap mata orang di gerbong bisa bikin canggung seperti sidang DPR pas bahas isu sensitif.
Teori Sosiologi di Balik 'Cuek Massal'
Menurut sosiolog Erving Goffman, kita sedang mempraktikkan civil inattention---pura-pura tidak melihat demi menjaga jarak aman. Masalahnya, jarak aman ini kelewat jauh sampai senyum pun enggan mampir.
Sosiolog Hartmut Rosa menambahkan, di era social acceleration, waktu kita begitu terkompres sampai senyum dianggap pemborosan waktu.
Hasilnya: transportasi umum berubah jadi "ruang sunyi ramai"---ramai orang, tapi sunyi interaksi.
Potret Gerbong Masa Kini
Kalau mau lihat "laboratorium hubungan sosial" yang disebut sosiolog G. Fayard, transportasi umum dulunya adalah tempatnya. Sayang, sekarang laboratorium ini sudah sepi, dosennya cuti, mahasiswanya pindah ke kampus online bernama "Layar HP".
Gejalanya jelas:
Kursi prioritas lebih nyaman ditempati tas daripada manusia.
Musik bocor dari earphone, seakan gerbong ini panggung pribadinya.
Bodyguard gerbong: berdiri di pintu menghalangi arus keluar-masuk.
Telepon mode rapat kabinet, padahal cuma nanyain, "Nasi udah matang belum?"
Versi Zaman Now
Kadang saya membayangkan kalau lirik Franky & Jane dibuat ulang versi hari ini, mungkin bunyinya jadi:
"Dengan kereta malam ku pulang sendiri...
Mengikuti sinyal WiFi yang kadang mati..."
Penyebabnya bukan hanya gadget, tapi juga kombinasi rasa canggung, takut salah bicara, dan terbiasa "hidup di pulau masing-masing" meski duduk berdempetan.
Tiga Gaya Menyikapi 'Pelanggar Etika'
Kalau ketemu penumpang yang selonjor nutup lorong, telepon keras-keras, atau pura-pura tidur pas kursi sebelah kosong, kamu tim mana?
Tim Tegas: tegur langsung ala juru bicara KAI.
Tim Kode: batuk-batuk sambil lirak-lirik seperti sandi Morse.
Tim Pasrah: bisik mantra "Sabar... ini ujian nasional."
Miniatur Negara di Atas Roda
Transportasi umum itu miniatur negara: ada yang taat aturan, ada yang seenaknya, ada yang cuma mau cepat sampai tanpa peduli kanan-kiri. Bedanya, di sini kita nggak bisa golput---karena suka tidak suka, kita ikut dalam perjalanan yang sama.
Yang membedakan hanya satu: maukah kita memulai lagi "senyum, sapa, salam" yang dulu pernah jadi budaya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI