Mohon tunggu...
Abdul Wahid Azar
Abdul Wahid Azar Mohon Tunggu... Penulis Buku Non Fiksi (BNSP)

Menulis subtansi kehidupan, Jujur pada realitas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Cinta,Gairah dan Gengsi, Penentu Jurusan Masa Depan

17 April 2025   11:23 Diperbarui: 17 April 2025   11:23 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lain menetri lain Kebijakan Jurusan ada lagi di SMA (Foto :Kompas.com)

Pagi-pagi, di antara tukang sayur dan motor tetangga yang baru dipanasi, terdengar percakapan ibu-ibu:

"Lila masuk IPA, Jeng. Anak pinter!"
"Wah, keren! Anak saya malah IPS. Katanya sih biar gampang jadi pengusaha..."
"Yang penting jangan Bahasa ya, katanya itu jurusan buangan..."

Begitulah potret kecil dari realitas sosial di sekitar kita.
Penjurusan SMA, yang semestinya menjadi pintu eksplorasi minat dan bakat siswa, sering kali dibumbui persepsi orang tua, lingkungan, dan stigma sosial yang diwariskan turun-temurun. Dan akhirnya, banyak siswa yang memilih jurusan bukan karena cinta pada pelajaran, bukan karena gairah mengejar cita-cita, tapi karena... gengsi.

Sekilas Soal Penjurusan di SMA

Di sistem pendidikan Indonesia, penjurusan umumnya dilakukan saat siswa naik ke kelas 11 (XI). Siswa diarahkan masuk ke salah satu dari tiga jurusan:

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Bahasa

Konon katanya:

IPA = anak pintar, calon dokter, bisa masuk semua jurusan kuliah

IPS = anak bicara, cocok jadi pengusaha, ekonom, atau pengacara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun