Mohon tunggu...
Abdulazisalka
Abdulazisalka Mohon Tunggu... Tutor - Tinggal di The Land of The Six Volcanoes . Katakan tidak pada Real Madrid.

Membacalah, Bertindaklah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Irama Kesedihan

27 November 2020   09:14 Diperbarui: 27 November 2020   20:05 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit Foto: snbboy via pixabay 

Sepertinya kita tak pernah saling berterus terang
Bertukar mimpi-mipi indah, bertransaksi kasih sayang 

Mungkin saja pernah,
Tapi itu agak jarang 

Sepertinya kita hanya diam dalam kata
Layaknya menghitung bintang yang tak pernah kita terawang 

Mungkin saja tidak,
Tapi itu berulang-ulang 

Aku hanya mendekap lunglai di sudut kamar yang mulai lembab
Oleh bau tubuhmu yang sedap melekat 

Meski kadang aku terlambat
Aku tak pernah berkhianat
 

Kau yang selalu meredam dengkur malamku
Dengan peluh lirih isak tangismu

Matamu mencariku di kala gelap yang meradang
Bersama pelukan hangat merayapi lemas tubuhku
Aku bergetar, karena aku takut ini hanya mimpi
Mungkin juga halusinasi diri 

Aku yakin, aku masih petarungmu
Sepanjang tarikan nafasku
Aku akan meninju kelemahanmu
Aku akan meninju ketakutanmu 

Aku selalu jadi pemberani
Jika berada di sampingmu

Tapi sepertinya.. 

Ketika tuntas kesal amarahmu
Aku bukan lagi pahlawan hidupmu
Aku lemah tak kuasa 

Kenapa kau marah ? 
Kenapa kau menderu ?
Kenapa kau menangis ? 

Alka, 27 November 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun