"Wah....dia lagi, ee..kemana aje coy ?", tanya Cekawood sambil nengok ke belakang
"Nah, ujug-ujug kan ada dia, ngagetin lagi, dasar Idjul !", seru Latif sambil menarik tangannya ke arah depan. Di luar dugaan Idjul malah tertarik.
"Gubrak,..aduh sakit nih !", teriak Idjul. Tubuh Idjul menindih bagian sisi teman-temannya. Kebetulan semua siswa duduk bersila di lantai.
 "Cekawood, itu si Sakti kapan belajar jadi MC ?", tanya Latif.
"Si Sakti ikut ekstra Public Speaking sejak kelas 10, gurunya Bu Eva", jawab Cekawood datar.
Suara Sakti kembali muncul membacakan urutan selanjutnya. Demo demi demo pun tampil. Aplaus maupun teriakan histeris penonton tak dapat dibendung. Siswa seolah menyaksikan atraksi, akrobat, atau adegan yang luar biasa. Suguhan istimewa di hari Jum'at.
"Kita pilih mana, habis acara harus sudah ada keputusan !", perintah Cekawood seperti pimpinan organisasi.
"Pilih satu ya asal jangan aku. Aku sudah ada yang punya", celetuk Idjul.
"Ya,..Idjul. Ente memang sudah ada yang punya. Ortu mu kan ?", tanya Latif sambil senyum sinis.
Teman-temannya tertawa riang melihat sikap Idjul yang mendadak baper. Idjul malah bertambah perilaku nyelenehnya.
"Ya,benar aku masih dimiliki ortu, tapi aku pun milik kalian juga kan !", tambah Idjul lagi sambil matanya berkedip-kedip. Tanpa pikir panjang teman-temannya pun menjawab "Meneketehe" sambil semuanya mengangkat tangan dan bahu, seolah cuekin saja.