Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sengkuni 2019, Sengkuni Menggugat!

18 Januari 2019   17:14 Diperbarui: 18 Januari 2019   18:56 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Plot beralih ke Generasi Milenial dengan busana kekiniannya. Serasa ada kritik disitu dimana generasi milenial agaknya malas membaca, kurang berfikir lengkap, cekak dan gampang menuding kesalahan pada orang lain. 

Entah gerangan apa tiba-tiba saya teringat kata-kata beliau yakni Jowo digowo, Arab digarap, Barat diruwat. Dari adegan ini saya melihat bagaimana arus globalisasi menggerus habis budaya setiap daerahnya. 

Padahal ayam, bebek dan sapi pun punya cara berekspresi yang berbeda. Kita sebagai manusia malah sibuk mempertentangkan pola ekspresi kita sendiri sambil mengakui budaya orang lain. 

Dalam bahasa sapaan pun kita kecele misalnya muslim dengan assalamu'alaikum namun pihak non muslim gak enakan kalau tidak jawab wa'alaikumsalam. Padahal nonmuslim punya bahasa sapaan sendiri. Kenapa kita malu menjadi diri kita sendiri ?

dokpri
dokpri
Plot beralih ke Obrolan politik. Gambaran klaim kebenaran atau pencitraan secara nyata dipertunjukan lewat ucapan, gerak gerik dan kostum. Mbah Nun menyadarkan kita bahwa kita jangan sampai mencalonkan diri tetapi kalau dicalonkan oleh rakyat itu lain. Kenapa? 

Sebab ketika kita mencalonkan diri atas dasar nafsu menguasai dan menjabat serta kehilangan sifat kepemimpinan maka ditakutkan Tuhan tidak ikut campur dengan perbuatan kita. Ini kan justru malah jadi kecelakaan besar sebab segala pertolongan dari Tuhan.

Sesi tanya jawab pun dimulai dengan penanya yang seolah-olah bertanya kepada Tuhan. Jika Tuhan bisa menciptakan kebaikan mengapa Dia tidak ciptakan saja semua manusia itu baik? Pertanyaan ini sama saja dengan bisakah Tuhan mencipatakan tuhan yang lebih hebat dariNya? Pertanyaan ini semestinya dijawab dengan salah satu sifat Tuhan yakni "Maha Semau Gue" Terserah Tuhan dong Dia mau apa kalau kita tidak setuju silakan cari bumi lain saja. Mondarr kita! Namun beliau menjawab dengan kebijaksanaan sehingga penanyapun lega dan gembira.

Kisah semut yang membawa setetes air untuk memadamkan api ketika Nabi Ibrahim As dibakar pun membuka cakrawala berfikir kita bahwa kita tidak dituntut untuk menang atau kalah tetapi kita dituntut mau berjuang apa tidak.

Diakhir acara beliau mengharapkan agar kita bisa mensyukuri apa saja pemberian Allah dan mau mau membijaksanai apapun saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun