Mohon tunggu...
Em Amir Nihat
Em Amir Nihat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis Kecil-kecilan

Kunjungi saya di www.nihatera.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jalan Berhantu

12 Mei 2018   19:18 Diperbarui: 12 Mei 2018   19:39 755
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (pixabay.com)

Alarm jam 6 pagi berdering membangunkanku dari tidur yang nyenyak. Muka lusuh dan ada ingus menempel di pipiku. Ku buka notifikasi hape. Aku pun tidak kaget sebab seperti biasa tidak ada notifikasi pemberitahuan. Sepi. Nyesek. Nasib sebagai karyawan pabrik yang jomblo membuatku sering diejek teman. Apalagi kalau pulang kampung yang ditanya kapan kawin kapan nikah. 

Kadang-kadang disuruh bayarin kalau makan bareng padahal aslinya di kerjaan aku ini masih jongos. Tetapi kalau di kampung aku malah jadi bos. Sepertinya dunia mulai membingungkan isi kepalaku. Mereka seenaknya bicara sedangkan aku disini takut dan kebingungan. Aku hanya menyimpan perasaan kesepian dengan canda-candaan bersama teman meskipun aku sadar itu hanya kamuflase semata. Sebab aku tidak sebahagia itu.

Mataku minus sehingga aku memakai kaca mata. Orang-orang di pabrik memanggilku Si Cupu. Aku memang kurang begitu beruntung sebab di pabrik semua pekerjanya lelaki sehingga potensi cinlok seperti di ftv kan itu tidak mungkin. Apalagi kalau teman yang sudah punya pacar menanyakan statusku. Misalnya saja Si Andra.

"Bro, kamu punya pacar gak? Ajakin nonton bioskop biar seru. Film horor bro haha" Andra nyinyir

"Maaf bro. Pacarku di kampung sedang kuliah. Aku orangnya setia bro" Jawabku berbohong

Itu alasan klasik dan terbukti manjur untuk melawan ejekan teman. Berbohong sukses tetapi masih sunyi dan kesepian. Alangkah menderitanya. Pikirku.

Kamarku sangat berantakan. Bantal yang tadi aku gunakan tidur sudah jatuh ke lantai. Tas kerja ku taruh di atas meja yang isinya penuh dengan buku, rokok, korek, kopi, topi dan juga parfum. Kipas angin yang masih menyala mendinginkan suasana segera ku matikan. Badan masih menggigil kedinginan.

Aku bangun dan segera membawa handuk untuk menuju kamar mandi.
Mandi pagi memang menyegarkan walau nuansa dingin seperti menusuk tulang.

Setelah mandi aku ganti baju kerja lengkap dan siap ngacir berangkat memakai motor vespa kesayanganku. Aku namakan vespaku Mawar. Vespa keluaran 80an aku cat warna merah mawar. Dia adalah teman jombloku dan aku anggap dia sebagai saudaraku. Orang-orang menyangka aneh padaku kok motor diajak bicara malah kadang-kadang diciumin.

Kerja sift pagi memang harus siap macet. Jalan akan dipenuhi kendaraan. Entah itu mobil dan motor. Meskipun aku tahu bahwa sebagian dari itu adalah hasil kreditan. Aku suka iseng membaca tulisan-tulisan kecil di mobil. Family happy Ayah Bunda Kakak Iqbal. Aku menerka pasti yang kecil itu namanya Iqbal. Aku gas dan kulewati mobil avansa putih itu. Mereka tampak sumringah sepertinya mau liburan.

Tetapi aku tiba-tiba kaget sebab ada mobil bertuliskan " Ini mobil kreditan jadi jangan ditabrak ya". Sontak aku cekikan melihat tulisan itu. Tuh orang jujur banget pikirku. Padahal biasanya orang memakai stiker yang gaul. Stiker apple. Stiker komunitas mobil. Atau apapun yang dirasa mengangkat derajat mereka. Meskipun aslinya mereka juga tidak begitu faham dengan komunitas. Orang pabrik beli mobil libur jarang. Mobilnya keluar kalau habis gajian atau keluar ke warung restoran yang harganya miring. Yang penting masih bisa gaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun