Mohon tunggu...
Taufik AAS P
Taufik AAS P Mohon Tunggu... Penulis - jurnalis dan pernah menulis

menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uwentira Putri

30 Desember 2017   00:36 Diperbarui: 3 Januari 2018   16:47 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hei, anak muda."

Aku mengankat  wajah dan menengaha. Di atas singgahsana, seorang lelaki tampan berkumis. Ia kenakan mahkota emas dengan pakaian yang indah berkilauan.

"Tahu kamu, hukuman apa yang bakal diterima bila mencintai putri  Raja Uwentira."

"Tidak tahu raja."

"Kamu akan dihukum pancung."

"Ampun raja. Kami saling mencintai."

"Tidak, kau telah menodai putriku, walau kau tahu ia sudah bertunangan."

"Ampun raja, kami khilaf."

Ketakutan luar bisa membuat diriku terus minta ampun. Namun Raja Uwentira tidak akan hentikan hukumannya. Kepalaku akan dipancung. Lalu dua orang prajurit menyeretku ke alun-alun.

Saat aku berpasrah di depan algojo, menyiapkan leher bagian belakang untuk dipancung. Tiba-tiba tangan lembut menyapu punggungku. Aku tidak berani menoleh, biarlah pedang itu menebasku cepat.  Aku rela karena Tira

//

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun