Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Mutiara dalam Kerang

1 Januari 2024   20:25 Diperbarui: 1 Januari 2024   20:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan untuk kuliah di Mesir? Apakah kamu marah padaku?" tanyanya. Dinara dapat merasakan napas Salsa yang semakin berat.

"Aku tidak pernah bisa marah denganmu, Salsa. Istirahatlah. Aku yakin kamu bisa melewati semua ini. Maaf karena aku tidak bisa menemanimu. Aku harus segera pergi."

"Tidak, Dinara. Tunggu." Langkah itu terhenti tepat ketika Salsa mencekal lengan Dinara. Salsa menatap manik itu dalam diam. Sekali lagi, ia menghembuskan napas beratnya.

"Aku masih sahabatmu bukan? Jika aku boleh meminta ... tolong jadilah Aisyah untuk putri kecilku, Ra." Gadis itu membelalak tidak percaya. Pun dengan prianya. Permintaan apa ini? Apakah sahabatnya sudah gila.

Satu kalimat itu mampu membuat hati Dinara mencelos. Tubuhnya seperti dilempar pada jurang yang dalam dan juga curam. Dinara melepaskan genggaman tangan Salsa yang menggenggam tangannya. Sedetik kemudian ia menggeleng. Sejujurnya ia masih memiliki rasa itu, tapi tidak dengan cara seperti ini. Pria itu sudah sah menjadi suaminya, lantas maksud gadis itu? Akankah ia menjadi yang kedua?

"Apa maksudmu, Salsa? Tidak. Sampai kapanpun juga aku--tidak bisa melakukannya untukmu. Sekali pun kamu sudah kuanggap seperti saudara." Entah untuk yang keberapa kalinya Dinara menggeleng. Semua ini sungguh tidak benar. Apa yang Salsa katakan adalah sebuah kesalahan besar. Bagaimana bisa ia setega itu untuk melakukannya. Pernikahan bukanlah sebuah permainan.


"Mengapa harus tidak, Dinara? Bukankah Rasulullah juga menikahi Aisyah setelah Sayyidah Khadijah wafat?" Salsa berusaha menghirup oksigen dengan rakus. Meski terpasang masker oksigen untuk membantunya bernapas, gadis itu masih merasa kurang. Keputusannya sudah bulat. Ia sudah memikirkannya secara matang. Tidak ada pilihan lain. Semua ini demi kebaikan putrinya, Acha.

"Tidak, Salsa. Mengapa kamu berkata seperti itu? Yakinlah kamu pasti akan sembuh." Salsa tidak bisa menahannya lagi. Suara tangis itu pecah dari suaminya bersama dengan isakan yang keluar dari bibir Dinara. Air matanya benar-benar tumpah. Ilahi, mengapa harus Salsa yang mengalami semua ini?

Salsa tergugu. Hatinya seperti ditumbuhi ribuan duri. Sungguh rasanya menyakitkan. Seperti inikah rasanya saat ia berada di ambang antara hidup dan mati? Pintu kematian itu tampak nyata di pelupuknya. Sungguh, ia benar-benar takut.

"Mas Faiz. Apakah aku boleh meminta satu hal darimu untuk yang terakhir kalinya?" Tangan Salsa yang mulai mendingin memegang lengan pria yang sedari tadi hanya diam. Faiz memalingkan wajahnya. Bening itu sepertinya tidak ingin berhenti mengalir. Tangannya mengepal bersama dengan deru napas yang tidak beraturan.

"Mas Faiz--" Pria itu memejamkan matanya. Berperang dengan rasa yang bergejolak hebat di dadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun