Mohon tunggu...
Silla Agustin
Silla Agustin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Penulis/Juara lomba cerpen/SMA Negeri 1 Pandaan

Aku tidak sebaik kamu, pun dengan tulisanku. "Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu." _Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Mutiara dalam Kerang

1 Januari 2024   20:25 Diperbarui: 1 Januari 2024   20:40 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Astagfirullahalazim. Ada apa dengannya. Tidak seharusnya Dinara membiarkan memori itu memutar kilas balik masa lalu yang bahkan hampir dilupakan olehnya. Gadis itu memalingkan wajah seraya menyeka air mata. Sudah lama ia berusaha menghapus perasaan itu dari hatinya, tapi rasanya sulit sekali. Bahkan sampai saat ini Dinara tak pernah meraih kata damai dalam hidupnya. Ia ikhlas, tapi hatinya tak kunjung melepas.

"Mas Faiz." Suara itu terdengar lemah dan lirih. Tangan itu seolah tidak ingin melepaskan genggaman istrinya. Berulang kali kecupan itu mendarat di kening Salsa. Semakin Dinara melihatnya, sama saja seperti menabur garam di atas luka. Perih.

"Tidurlah, saya akan selalu berada di sini menjagamu." Pria itu mengucapkannya setelah mengelas jejak bening istrinya. Faiz berusaha terlihat baik-baik saja. Sebisa mungkin ia menahan agar bening itu tidak luruh. Namun, sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk bekerja sama dengan perasaannya.

"Saya takut, Mas. Jika netra saya terpejam, Salsa tidak akan pernah bisa melihat kamu dan anak kita lagi." Faiz menggeleng secepat kilat. Tidak. Tolong jangan katakan itu. Apakah ia tak tahu seberapa takutnya ia jika hal tersebut benar-benar terjadi? Ia belum siap.

"Jangan takut, saya ada di sini. Saya tidak akan meninggalkan Salsa." Suaranya terdengar serak. Seperti ada pecahan beling yang tercekat di tenggorokannya. Faiz terisak. Puncaknya, pria itu berhambur ke pelukan istrinya. Dinara memalingkan wajah setelah mengelas kasar jejaknya. Tidak ingin terlalu lama berada di ruangan itu, Dinara memilih untuk pergi.

"Dinara, tunggu!" Telak. Bukan pria itu yang memanggilnya. Namun, sahabatnya Salsa. Aktivitas Dinara terhenti. Tangannya meremas kuat pinggir jahitan gamisnya. Dinara memejamkan mata seraya merapalkan istigfar. Ia berulang kali menghela napas dalam. Setelah dirasa suasana hatinya kembali normal, Dinara membalikkan badan seraya menyunggingkan senyum simpul. Tidak-tidak. Senyum itu palsu. Senyumnya yang kembali terbit berbanding terbalik dengan luka sayatan di hatinya.

"Kemarilah. Apakah kamu tidak merindukanku?" Langkah mungil itu membawa Dinara mendekat. Setelah jarak mereka hanya berbeda beberapa senti, Dinara tidak bisa menahan kerinduannya. Ia memeluk sahabatnya, menumpahkan segala rindu yang selama ini terpendam.

"Aku sangat merindukanmu, Salsa. Maaf karena aku meninggalkanmu tanpa memberitahu." Gadis itu melerai pelukannya. Wajah Dinara sebagian dipenuhi dengan air mata.

"Dinara, apakah kamu masih mencintai Mas Faiz" Tanpa aba-aba Salsa mengatakanbya. Setelah sekian lama keheningan menyelimuti mereka.

Dinara tersentak. Ia terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabatnya. Namun, perlahan ia dapat melihat wajahnya berubah pucat pasi dan gelagapan dalam pengucapan kata. Salsa menghembuskan napasnya pelan. Tanpa menjawab, Salsa tahu jika sahabatnya itu masih memiliki perasaan untuk suaminya. Sama, tidak pernah berubah.

"Tidak, Salsa. Kamu ini berkata apa. Maaf, aku harus pulang. Aku sudah ditunggu anak-anak yang ingin mengaji." Salsa tersenyum samar ketika Dinara mengalihkan pembicaraan. Sahabatnya itu tidak pandai berbohong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun