Mohon tunggu...
Dede Rusmana
Dede Rusmana Mohon Tunggu... Penulis - Sedang belajar menulis.

Satu dari 250 juta manusia yang diberi kesempatan hidup. Suka menulis di berbagai platform. Penggemar Harry Potter dan Taylor Swift. penaku28@gmail.com 📧

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyuman Terakhir

10 September 2017   18:32 Diperbarui: 10 September 2017   18:44 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu Dewi Fortuna sedang berpihak pada lelaki malang sepertiku. Karena antrian mulai berjalan. Aku melepaskan sisa headset yang masih berada di telingaku. Lalu menjajalkan-nya di telinga perempuan di sampingku.

"Kau pakai saja." kataku padanya. Dasar bodoh, dia tidak mungkin mendengarmu!.hatiku berkata. Antrian tinggal sedikit lagi, dengan pelan aku mendorong perempuan itu kedepan.

Sekarang aku disini. Di belakang-nya. Duduk menunggu semua Ontang-anting ini terisi dan beraksi. Dia menoleh padaku, lalu tersenyum manis menampilkan deretan gigi kecil-nya. Aku menarik salah satu alisku keatas. Ini kesempatan bagus untuk merekamnya. Aku mengeluarkan camcoder dari tasku. Lalu menyeting efek hitam putih agar memberi kesan dramatis pada videonya. Aku mulai merekamnya saat tanpa kusadari Ontang-anting ini mulai bergerak, memutar. Orang-orang menggoyangkan pegangan besi membuatnya mengeluarkan suara 'kring..kring...kring..." Dia juga mengikuti dan tertawa saat melakukannya.

"Hei!" teriakku padanya. Dia menoleh lembut, angin menerpa rambut tipisnya. Wajahnya yang putih polos dan pucat begitu kontras dengan rambut hitam-nya. Suara jeritan dan tawa orang-orang yang menikmati wahana ini seolah pengiring untuknya. Aku mendongak memandang langit yang cerah siang ini namun nampak sedih. Waktu itu aku tidak tahu lagu apa yang dia dengarkan dari Mp3 Playerku. Tapi air mata sendu hadir di kedua sudut matanya. Mata coklatnya mengatakan sesuatu yang tak bisa kuartikan. Aku menatapnya sekali lagi.

Layar camcoder di depanku berubah menjadi gelap. Dengan kejam membawa kenangan itu. Air jatuh lagi dari pelupuk mata saat aku mengingatnya. Aku menundukan hatiku, berdo'a untuk dia yang sedang melihatku dan tersenyum dari atas sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun