Mohon tunggu...
thrio haryanto
thrio haryanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Penikmat Kopi Nusantara

Menyukai kopi tubruk dan menikmati Srimulat. Pelaku industri digital. Pembaca sastra, filsafat, dan segala sesuatu yang merangsang akalku. Penulis buku Srimulatism: Selamatkan Indonesia dengan Tawa (Noura Book Publishing, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Bom di Kepalaku

27 Mei 2017   22:17 Diperbarui: 27 Mei 2017   22:40 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dreamstime.com

Sudah seminggu aku hidup sendiri sejak istriku memilih pulang ke rumah orang tuanya. Perkaranya sepele. Bayangkan, setiap aku pulang kantor istriku selalu berkata, ada bom di kepalamu! Sekali dua kali kuanggap itu bercanda tapi jika dilakukan setiap hari tentu aku harus bertindak. Aku harus melawan teror, bukan? Apalagi dia adalah seorang istri, ya hanya seorang istri. Seorang wanita yang bagaimana pun harus tunduk kepadaku sebagai seorang lelaki, suaminya pula.

Namun kini masalah itu tidak lagi sepele. Beberapa malam ini aku bermimpi bertemu banyak orang. Mulai dari istriku, tetanggaku, teman-temanku, bahkan orang-orang yang tak kukenal. Mereka mengatakan apa yang dikatakan istriku, Ada Bom di Kepalamu!

Aku tak berani tidur karenanya. Persisnya aku menghindari mimpi buruk itu. Kukatakan sebagai mimpi buruk karena ini perkara bom yang kata mereka ada di kepalaku. Kau pasti paham, bom bisa meledak. Dan apa jadinya jika bom di kepalaku meledak? 

Ah, tapi itu hanya mimpi. Jika pun itu nyata, hanya satu yang kusesali, mengapa bom itu ada di kepalaku? Mengapa tidak digenggamanku saja sehingga aku bisa melemparkannya ke sasaran yang tepat? Misalnya saja kulemparkan kepada kerumunan orang-orang bodoh yang tak lelah menjulurkan lidah untuk menjilat penguasa dunia namun abai terhadap penguasa akhirat. Orang-orang bodoh yang bahkan dengan sombongnya menghunus pedang fitnah kepada para pemimpin kami.

Celakanya, menurut mimpi, bom itu ada di kepalaku. Meskipun aku sungguh tak percaya namun harus kuakui bahwa mimpi itu sangat menggangguku. Maka kau pasti dapat memaklumi keputusanku untuk tidak tidur.

Namun, ya, seperti dugaanmu, setelah beberapa hari tidak tidur aku benar-benar tersiksa oleh rasa kantuk. Bergelas-gelas kopi sudah kuminum tapi tetap saja tidak mampu mengganjal kelopak mataku agar tetap melek. Dan, ya, kau benar, aku kalah. Aku akhirnya tertidur dengan lelap. Posisiku sedang duduk di kursi kerja waktu itu. Aku tidak ingat persisnya jam berapa aku mulai tertidur. Yang kuingat adalah aku bangun tepat pukul enam sore. Kantor sudah sepi. Kawan-kawanku sudah pulang.

Di meja kerja kutemukan selembar kertas dengan tulisan tangan berhuruf besar: ADA BOM DI KEPALAMU!

Di layar komputer yang terbuka, kulihat banyak orang yang tak kukenal memberikan komentar di halaman media sosialku. Semua kometarnya sama: ADA BOM DI KEPALAMU!

Tanganku gemetar seketika. Nafasku memburu. Keringat dingin tiba-tiba mengaliri deras tubuhku. Lalu dengan ragu kugerakkan tangan kananku untuk menyentuh kepalaku. Ya Tuhan, bagian belakang kepalaku benar-benar membesar! Ada sesuatu yang mengganjal di bagian belakang kepalaku. Bukan menempel di luar kepala namun ada di dalam kepalaku. Bulu-bulu halusku sontak berdiri. Pori-pori kulitku membesar. Dan badanku mendadak terasa dingin.

Tanpa merapikan meja kerja, aku buru-buru beranjak. Aku berjalan tergesa-gesa keluar dari kantor dengan kepala mendongak menahan beban. Kulihat Sarmin satpam kantor melihatku tanpa sapa, tak seperti biasanya. Dia hanya melongo melihatku. Melihat kepalaku yang mendongak. Setelah beberapa langkah, kudengar Sarmin berteriak, “Pak, ada bom di kepala Bapak!”

Sesampainya di parkiran, segera kunyalakan sepeda motorku. Kuraih helm dan kucoba memakainya di kepalaku. Namun seperti yang kau duga, helm itu kini tak muat lagi di kepalaku. Ah, bodo! Segalanya memang perlu revolusi! Termasuk pemakaian helm. Tiada satu ayat pun di kitab suci yang menyuruh kita untuk memakai helm, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun