Mohon tunggu...
Suko Waspodo
Suko Waspodo Mohon Tunggu... Dosen - Pensiunan

Aku hanya debu di alas kaki-Nya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hingga Matahari Terbit

10 Mei 2024   07:12 Diperbarui: 10 Mei 2024   07:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Freepik

Di jam-jam sunyi sebelum fajar menyingsing, saat bayangan menari dan bintang menyala, di sana terletak dunia mimpi yang dibisikkan, di mana harapan bersemayam dan cinta menebus.

Di bawah tatapan lembut rembulan, malam terungkap dengan cara yang halus, sebuah simfoni kegelapan dan rahmat, seiring waktu berhenti di ruang suci ini.

Melalui ladang mimpi, kita berkelana bebas, mencari kebenaran yang belum terlihat, dengan setiap langkah, kegelapan memudar, dan cahaya muncul dari balik tirai.

Hingga matahari terbit mewarnai langit, dan kegelapan mengucapkan selamat tinggal terakhirnya, kita akan menari di antara bintang-bintang di atas, dalam pelukan cinta yang tak terbatas.

Karena di alam pelukan malam, kita menemukan penghiburan, menemukan rahmat, untuk menghadapi cobaan yang menghadang kita, dan sambut fajar hari yang baru.


Jadi, mari kita hargai setiap malam, dan biarkan semangat kita terbang, karena dalam kegelapan, kita akan menemukan, kekuatan untuk meninggalkan ketakutan kita.

Hingga matahari terbit menyinari jalan, kita akan melakukan perjalanan sepanjang malam, kita akan tinggal, dalam keajaiban jam tengah malam, di mana mimpi mempunyai sayap dan cinta mempunyai kekuatan.

***
Solo, Jumat, 10 Mei 2024. 5:04 am
Suko Waspodo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun