Mohon tunggu...
Si Murai
Si Murai Mohon Tunggu... Editor - Itu, burung kecil berekor panjang yang senang berkicau!

“Do not ask who I am and do not ask me to remain the same. More than one person, doubtless like me, writes in order to have no face.” ― Michel Foucault

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita untuk Tuan

15 Oktober 2019   12:26 Diperbarui: 15 Oktober 2019   13:01 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Replika pinisi (dokpri)

Kepada orang-orang yang datang, Pak Salman selalu membanggakanku. "Ini ditulis oleh sahabatku. Cerita anak yang sangat bagus! Ia seorang pelaut. Penulisnya sekarang sedang berlayar ke Vancouver, Kanada. Iya, dengan kapal pinisi! Aku bangga sekali pada sahabatku ini," serunya sambil mengacung-acungkan tubuhku ke udara. Itu adalah kalimat terakhir yang kudengar dari Pak Salman sebelum ia menangis dan mengasingkanku dalam laci meja kerja.

Dalam ekspedisi pinisi Nusantara ke Vancouver, Kanada, pada tahun 1986, Pak Arief ikut serta. Pelayaran yang memakan waktu 62 hari itu sangat membanggakan Indonesia. Namun, sekaligus pula memilukan hati Pak Salman. Ia mendapat kabar bahwa sahabatnya meninggal dunia dalam pelayaran tersebut. Iya, Pak Arief sakit di kapal ketika berlayar hingga nyawanya tidak tertolong.

Kini aku mengerti arti tangis Pak Salman ketika itu. Air matanya yang jatuh masih terasa basah di halaman judul buku. Aku memang tidak mengenal Arief Syailendra, penulisku. Tapi, bagaimana pun, aku adalah dia.

 ***

 "Apakah aku bisa menjadi seorang punggawa seperti Bapa Toa?" tanya Gatta kepada ayahnya.

Punggawa adalah kepala tukang yang memimpin setiap upacara dalam proses pembuatan kapal pinisi. Kapal tradisional ini dibuat dengan ritual, tidak boleh sembarangan. Ada hari baik untuk mencari kayu. Ada upacara peletakan lunas, yaitu balok yang memanjang di dasar perahu. Ada pula upacara peluncuran kapal. Semua penuh simbol dan makna. Diucapkan dengan doa-doa.

"Memangnya kamu mau membuat kapal pinisi?" tanya Bapa pada anak laki-lakinya ini.

"Tentu saja, Bapa! Aku mau menjadi pelaut, seperti Bapa, Bapa Toa," seru Gatta dengan bersemangat.

"Kalau begitu, kau harus tahu dulu cerita sejarah kapal pinisi."

"Ceritakan, Bapa!"

Dikisahkan, Sawerigading dan We Tenriyabeng adalah saudara kembar. Keduanya adalah putra dan putri raja Kerajaan Luwu yang terletak di Teluk Bone. Mereka saling mencintai dan hendak menikah. Tapi karena bersaudara, tentu tidak boleh. Sawerigading kemudian meninggalkan kerajaan dan berjanji tidak akan kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun