Mohon tunggu...
Sari Aryanto
Sari Aryanto Mohon Tunggu... Editor - fiksi diksi kopi, tiga hal yang membuatku lebih hidup

Perempuan biasa yang punya mimpi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelet Pis Rejuna Bolong [1]

1 Juni 2017   17:28 Diperbarui: 1 Juni 2017   18:32 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ih Sang Hyang Semara Ratih
Tiyang anganggo piolasmu
Aweku sang Arjuna asihku, asih Arjuna
Teke lengleng bungeng buduh
Paling meguyang mekyayangan hatine
Si Bayu aningalin awak sariran tiyange
Sadurung ketemu tiyang
Buduh hatine maring tiyang
***

"Syarat utamanya adalah pis bolong rejuna, kamu harus mencarinya sampai dapat!" kata men Kadek pada perempuan yang duduk di depannya.

"Baik! Aku akan mencarinya sampai dapat Men. Apapun yang terjadi dia harus tetap menjadi milikku!" jawabnya mantap.
***
Perempuan itu bersimpuh dan menjejalkan sapu tangan ke dalam mulutnya. Tangannya meraih kran dan memutarnya sampai volume penuh. Air yang mengucur deras menyamarkan tangis yang keluar dari mulutnya.

Sementara dari pendhapa ageng terdengar gendhing Kodhok ngorek dengan laras slendro pathet nem mengiringi langkah pinanganten dipertemukan.

Dia menutup telinganya rapat-rapat tapi suara pambicara yang memuji-muji kedua penganten terus saja masuk ke dalam telinganya, seakan menusuk gendang telinganya.

Airmatanya mengalir selaras dengan ladrang Kebogiro yang mengalun menggantikan Kodhok ngorek. Hatinya makin pedih kala mengingat pengantin lelaki yang dipertemukan di pendhapa adalah suaminya.
***

"Darimana saja kamu Rat? Hampir setahun kamu menghilang. Kami sudah mencarimu kemana-mana, bahkan sampai ke desa asal kita! Rat... kamu dengar aku kan?" cecar Bayu.

Ratri masih saja membisu, pandangan melayang ke seantero rumah yang sementara waktu di tinggalkan. Tidak banyak berubah, hanya di beberapa sudut terdapat barang-barang baru. Matanya tertumbuk pada baby walker yang di tengah senthong.

"Berapa umur anakmu Mas?" tanya Ratri dingin.

"Sepuluh bulan Rat! Laki-laki seperti mimpi kita waktu menikah."

"Hanya dua bulan, dua bulan Mas! Dua bulan dari hari pernikahanmu, kau sudah menggendong bayi. Berarti lebih lama lagi kau sudah mengkhianatiku!" keluh Ratri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun