"Sang dagang harus tahu tentang apa yang ada di hadapannya. Tahu apa yang akan dipelajari dan berani melihat apa yang akan diraihnya..."
"Mal!" ayah masuk memegang lembaran kertas yang ia pandang dan duduk di tempat tidur.
"Yah, terimakasih banyak!" ucap Maliq tersenyum. Ayah membalas senyumnya. Rupa pria yang muda tersebut masih memandang ayahnya yang bersuara sangat kecil saat memandang lembaran kertas tersebut.
"Minta tolong masukkan lembaran kertas ke binder Ayah!" pinta ayah.
---
"Wih, kertas kosong banyak. Cocok nih buka percetakan foto copy!" canda Kak Difan masuk kamar setelah membersihkan keringat dan terlintas di benak untuk mengeluarkan semua bakat dan pengetahuan.
Dua kertas kosong diambil dan ia mengeluarkan alat yang dari dulu ia simpan. Mungkin saat ini tepat untuk menuangkan.
"Wa'alaikumussalam!" Kak Difan mengeraskan suara karena ia menyalakan pengeras suara pada ponsel pintar.
"Pasti buat komik?" tebak orang yang sangat dikenal Kak Difan.
"Tempe saja!"
"Tahu!!!" teriak orang tersebut.