Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ujung Penyesalan

13 Maret 2019   16:50 Diperbarui: 13 Maret 2019   17:20 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

langkah diseretnya untuk menapaki malam, ia paham, bahwa sore tidak akan menunggunya dengan diam. lelaki itu bergegas mengemasi masa depan, membungkusnya dengan sobekan-sobekan harapan, yang lusuh oleh hujan cobaan, kering oleh kemarau yang berkepanjangan.

lelaki itu tertinggal sendiri, telah diantarkannya teman dan saudara, satu demi satu pergi. pada musim yang kini berganti, nasib belum juga bergeser ke arahnya, barang satu senti. tapi ia tetap kukuh berdiri, menyusuri jalan-jalan yang pernah ia tapaki, memunguti janji-janji yang belum juga tergenapi.

di ujung malam, ia berhenti, bersila di emperan, jari-jarinya gemetar membuka bungkusan dari sobekan-sobekan harapan, perlahan. dipandanginya masa depan yang telah menciut oleh waktu yang berlalu surut kedinginan.  

matanya lurus memandang langit, lelaki itu berkomat-kamit, mengucap syukur, rebah dan tertidur. ia menanti mimpi-mimpi yang memberinya satu lagi kesempatan, untuk kembali pada musim-musim yang terlanjur berlalu hilang. tak ada yang lelaki itu sesalkan, selain satu kata yang belum terucapkan, kepada istri dan buah hati, yang lebih dahulu pergi tak kembali.


lelaki itupun akhirnya terlelap dalam tidur panjang.

Jakarta, 13 Maret 2019        

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun