Mohon tunggu...
Mustiana
Mustiana Mohon Tunggu... Penerjemah - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis dan penyuka traveling

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Label "Kafir" Djarot Datangkan Pujian untuk Kami

18 Desember 2018   21:19 Diperbarui: 25 Januari 2019   19:20 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena terbawa emosi plus tegang karena tahu mereka makin dalam terbawa arus presentasi kami, saya jadi tambah cepat bicara mirip orang kesurupan wkwkwk... teman saya yang melihat ini berusaha menenangkan.

Sesi tanya jawab pun dibuka, pertanyaan pertama langsung bikin emosi, bagaimana bisa orang-orang di negara saya dalam tanda kutip sebodoh itu, begitu juga wartawannya. hahahaha...

Bagaimana bisa juga masalah agama ini bisa disetir lalu membuahkan fenomena sosial yang mengerikan hanya dari satu potong kata 'kafir'. Semua bertanya penasaran. Di sini saya tidak hanya bicara mengenai analisis saya tapi juga keadaan masyarakat Indonesia yang mudah kepancing apalagi soal agama.

Saya lega karena saya lihat mereka puas dan berakhir sudah presentasi kami. Dari penelitian 'kafirnya' Djarot berujung puja puji dari mahasiswa itu pada kami. Mereka bilang penelitian kami bagus dan patut diacungi jempol.

Saya pun semringah tak terkira. Sebagai kenang-kenangan saya minta kita semua foto bareng. Bahkan di sesi ini pun masih ada yang berbisik kalau presentasi saya bagus dan hendak bertanya-tanya lebih lanjut karena menarik.

(dok. pribadi)
(dok. pribadi)
Keluar kelas, kami lega dan saling berpelukan. Kali ini giliran puja puji syukur sama Allah yang bikin kami punya kesempatan ini dan terasa bermanfaat bagi orang lain. Di jalan juga saya bertemu lagi dengan panitia yang lagi-lagi juga memuji paper kami, dan dia pernah mendengar soal masalah kafir ini di Indonesia. Dia merasa tercerahkan dan tahu bagaimana kondisi sebenarnya. Ahhhhh.... seneng dan terharu banget deh.

Sambil senyum-senyum sendiri kita pun harus segera pulang ke kampung halaman (sampai salah naik bus bok) dan mungkin ke depannya kita akan menulis lagi soal fenomena sosial yang dikaitin sama bahasa, siapa setuju?! tapi kali ini musti pake beasiswa, mau maju ke ranah yang lebih tinggi lah. Kalau bisa berguru langsung sama opa Van Dijk hehehe...

Meski kami murni biaya sendiri gak pernah ada penyesalan dari kami. Inget aja soal hadis yang bilang sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat dan semoga dari penelitian ini kami bisa meraih seuil pahala dan kebaikan. Terima kasih juga untuk mba Husna yang begitu setia menemani perjuangan ini dan tentu Allahku untuk memberikan rasa kebanggaan akan diri yang tak ada apa-apanya ini. Terima kasih semuaaa..... LOVE YOU


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun