Ruangan-ruangan di rumah ini sangat luas. Tiap ruangan dipisahkan sebuah lorong panjang. Rumah ini dipenuhi pajangan keramik dan koleksi kristal. Ada satu ruangan khusus di lantai bawah yang benar-benar didesain menyerupai rumah kuno khas Inggris. Tersusun radio kuno, sepeda-sepeda motor buatan tahun 70an, boks telepon merah, dan perapian. Ya, ada perapiannya juga! Bikin Jose penasaran. Siapa pemilik rumah ini dulunya? Bahkan dinding ruangan itu terbuat dari batu-bata.
"Ayah, kenapa ada perapian? Memangnya di sini dingin banget ya?"
Ayah Calvin mengangguk. Di sini, udaranya dingin. Sering terjadi hujan dan badai. Meski rawan cuaca ekstrem, alamnya sangat indah.
"Jose, kamu tidur di kamar Ayah ya." pinta Ayah Calvin setiba di lantai atas.
Alis Jose terangkat. Bukankah kamar di sini cukup banyak?
"Ya...Ayah pengen lebih deket aja sama kamu." Ayah Calvin berdalih.
Tidak, bukan begitu. Keselamatan Jose lebih utama. Jangan sampai ia melukai diri lagi. Untungnya Jose tersenyum dan setuju. Lama juga ia tak berbagi kamar dengan Ayahnya.
** Â Â
Sepertiga malam tiba. Ini waktunya. Jose terbangun. Bukan hal baru ketika Jose melewatkan waktu berdua dengan Ayahnya di sepertiga malam yang sunyi.
Samar didengarnya denting piano. Jose membalikkan posisi tubuh. Tepat di dekatnya, ia lihat Ayah Calvin tengah bermain piano. Dia telah mengganti jasnya. Saat menidurkan Jose, Ayah Calvin memakai setelan jas hitam Versace. Kini ia menggantinya dengan suite berwarna abu-abu Dolce and Gabbana.
Diam-diam Jose kagum pada Ayahnya. Di rumah pun, Ayah Calvin tetap rapi. Kalau ada tamu, Ayah Calvin tak perlu repot-repot ganti pakaian lagi.