Anak yang pernah jadi leader vocal group dan wakil ketua kelas itu kembali bersedih. Jose bisa kuat untuk hal apa pun, kecuali untuk orang-orang yang dicintainya. Ia begitu khusyuk mendoakan sang ayah. Amat berharap Allah mengizinkannya memeluk Ayah Calvin sampai ke surga kelak.
"Ayah, boleh aku minta sesuatu?" Jose sedikit memohon seraya menutup Alqurannya.
"Jose mau minta apa?" Ayah Calvin menatapnya penuh perhatian.
Sejenak Jose memandangi paras Ayah Calvin. Paras wajah rupawan, teduh, dan lembut. Ayah Calvin yang disukai banyak orang karena karier dan tulisan-tulisan di blognya, ternyata menyimpan kesakitan dan problem kesehatan yang serius.
"Jose minta...Ayah Calvin bertahan. Jose minta Ayah Calvin tetap sehat."
Hanya itu. Ya, hanya itu. Jose hanya ingin Ayah Calvin tetap sehat.
"Akan Ayah usahakan. Bantu Ayah berdoa ya..."
Jose mengangguk. Pedih memikirkan kondisi kesehatan Ayahnya.
"Ayo tidur lagi, Sayang." Ayah Calvin berujar lembut. Mengangkat tubuh Jose ke ranjang.
Sebelum tidur, Ayah Calvin membacakan buku untuk Jose. Dia bercerita dengan suara lembut. Lalu memeluknya, mengecup keningnya, dan membenahi selimutnya. Jose Gabriel Calvin, hartanya yang paling berharga.
Jose terlelap setelah menerima hadiah malamnya yang menenangkan: kecupan kening dari Ayah Calvin. Ah, betapa dekatnya ayah dan anak itu. Malam-malam mereka begitu indah, meski banyak kesedihan yang harus terlewati.
** Â Â
Paris van Java, 5 Mei 2019
Tulisan cantik, di tengah serpihan kekhawatiran