Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memeluk Ayah Sampai ke Surga

6 Mei 2019   06:00 Diperbarui: 6 Mei 2019   07:01 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gitu ya? Ayah, jangan lupa minum obat itu ya. Biar cepat sembuh." Jose menimpali, polos.

"Iya, Sayang..." Ayah Calvin mencium ubun-ubun Jose.

Setengah jam kemudian, mereka melanjutkan perjalanan. Jose mulai mengantuk. Ayah Calvin meraih tubuh Jose, membiarkan anak itu tertidur di pelukannya. Ketika mobil melintasi jalan berliku, Ayah Calvin mengeratkan dekapannya. Jose tertidur tenang. Hidungnya menghirup wangi parfum dari tubuh Ayahnya.

Akhirnya mereka sampai. Senja telah pergi. Langit menghitam. Malam telah datang.

"Wow!"

Jose, yang dibangunkan Ayahnya, melompat gembira ke tepi danau. Pemandangan di sini sungguh indah. Danau berair jernih, indah nan luas. Angsa-angsa putih berenang mengelilinginya. Di malam hari, mereka nampak seperti peri-peri putih. Dan...rumah di tepi danau itu. Benarkah itu rumah yang disiapkan Ayah Calvin?


Rumahnya besaaaar sekali. Gerbangnya putih bersih. Di bagian belakang, ada taman dan kolam renang. Jose heran. Di depan rumah ada danau, kenapa perlu ada kolam renang? Bukankah lebih enak berenang di danau?

"Jose, kamu mau ngapain Sayang?" Ayah Calvin mengejarnya, menangkap pinggang Jose. Rupanya anak itu hendak membuka baju dan melompat ke danau.

"Mau renang? Besok aja ya...ini udah malem."

Jose menurut, meski agak kecewa. Ia pun berjalan masuk ke rumah.

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun