Mohon tunggu...
de Gegan
de Gegan Mohon Tunggu... Petani - LAbuan Bajo | Petani Rempah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis apa saja dari kampung. Agar dibaca oleh orang orang kampung lainnya, yang kebetulan berada di kota atau di sebelah lingkaran bumi ini.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kemiskinan dan Diskursus Buruk Pertanian di NTT

8 Oktober 2019   02:09 Diperbarui: 10 Oktober 2019   04:03 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi - pos kupang/edy bau

Kenyataannya jumlah penduduk miskin di desa yang sebagian besar petani tidaklah menurun signifikan, bahkan laporan BPS jumlah penduduk miskin di NTT hanya menurun 0,12% dari tahun sebelumnya.

Demikian pula jika dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakann salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani. NTP di NTT cendrung fluktuatif dan turun 104,48 (0,32%) per Maret 2018. 

Tapi subsektor peternakan hingga Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat menunjukan tren menanjak dan cukup baik dari tahun sebelumnya, yakni naik 1, 26%.

Berikut grafisnya:

images Nilai Tukar Petani(NPT) NTT-Maret 2018 (foto BPS NTT)
images Nilai Tukar Petani(NPT) NTT-Maret 2018 (foto BPS NTT)
Melihat kondisi ini, disuatu sisi produksi dan produktivitas meningkat namun pada sisi lain kesejahteraan petani tidak meningkat atau tetap bergelut dalam kemiskinan. Tentunya hal ini menimbulkan tanda tanya besar. 

"Rasanya ada mata rantai pembangunan dalam upaya pengentasan kemiskinan di NTT yang terlewatkan terkhusus di bidang pertanian".

Disini saya coba meringkas tiga poin yang menjadi permasalahan pokok yang mengakibatkan tujuan pembangunan pertanian dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui peningkatan kesejahteraan petani belum mencapai hasil yang memuaskan.

Pertama, program yang dijalankan lebih dominan bersifat politis dibandingkan aspek strategis dan ekonomis. Pada kenyataannya banyak program -program yang telah dirancang banyak menguntungkan pihak-pohak tertentu. 

Penentuan lokasi dan penerimaan manfaat program lebih fitentukan oleh 'kedekatan spesial' kelompok-kelompok tertentu baik sesama elit birokrasi maupun legislatif.

Kondisi ini tentunya sangat sulit untuk menilai efektiviyas program yang dilakukan dari aspek strategis dan ekonominya. Dan tentunya mengakibatkan kecemburuan sosial antar kelompok petani dan menurunnya tingkat kepercayaan kepada pemerintah.

Kedua, penilaian keberhasilan program pembangunan lebih ditekankan terhadap penyerapan anggaran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun