Burung gagak berteriak tanda kematian telah datang, mangsa yang lemah dan lengah, terbuai dengan pesonanya. Aku tidak! aku sadar itu fatamorgana.
 Sementara yang yang lainnya, mengular melihat beberapa bunga terakhir, melambaikan tarian erotis. Aku hanya tersenyum, dan terdiam. Kasihan,  dia adalah korban.
Tak kuasa aku membiarkannya, aku harus berbicara, dan burung gagak itu kuberi makan  racun. Jati dirinya jadi korban lagi.
Aku hanya bersedih. Burung gagak  sudah pergi membawa nyeri, sementara aku masih membutuhkan untuk membawa puisi-puisi ini pada merpati, juga pada janji.
Mungkin aku harus mencari burung gagak yang baik, untuk memenuhi obsesi  firasat, juga hasrat.
Burung gagak yang baru, yang bisa kumainkan sesuka hati. Burung gagak menarilah diatas kutukan! karena itu Takdirmu!
Lampung 110319