"Hentikan omong kosong ini! Pergilah kau! Aku tidak mengenalmu. Kalau kau masih juga menggangguku, aku bisa memanggil securityuntuk menyeretmu keluar dari ruangan ini!" ancamku dengan suara bergetar.
"Julian! Jangan ganggu dia!" tiba-tiba seseorang berseru. Suaranya serak. Seperti suara burung gagak. Aku mengenalinya. Sangat mengenalinya.Â
Suara itu, ya, aku masih bisa mengingatnya dengan baik. Ia---laki-laki berselubung selendang yang selama ini kucari.
"Kau?" laki-laki bernama Julian itu tampak terkejut. Ia mundur beberapa langkah. Sementara laki-laki yang baru datang itu berjalan tergopoh menghampiri Julian.
"Jika kau terus mengganggunya, aku tak akan segan membunuhmu!" laki-laki berselubung itu merangsek maju. Tangan kanannya memegang sesuatu yang berkilat. Aku ternganga.
"Untuk apa kau membela anak ini? Apa artinya dia bagimu?" laki-laki bernama Julian itu mundur lagi beberapa langkah.
"Kau terlalu banyak mencampuri urusanku, Julian! Kukira tak ada yang bisa menghentikanmu kecuali ini!" laki-laki itu tiba-tiba saja menubruk Julian.Â
Kejadiannya begitu cepat. Tanpa bisa dicegah.
Benda berkilat di tangan laki-laki itu menghujam berkali-kali tepat di ulu hati Julian. Laki-laki paruh baya itu melolong panjang. Darah segar muncrat mengenai wajah dan sekujur tubuhnya. Ia limbung. Terhuyung ke belakang lalu ambruk mencium lantai.
"Ni, apa yang kau lakukan padaku?" Julian sempat merintih sebelum akhirnya ia diam tak bergerak.
Beberapa orang berdatangan menolong laki-laki yang terluka itu.