Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Jejak Sang Penari [9]

11 Agustus 2017   06:16 Diperbarui: 22 Agustus 2017   18:12 1316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imgrum.org/user/christianwalpole

"Oh, hanya seorang teman,"  jawabku sembari mengayun langkah.

"Teman? Kau berteman dengan orang semacam dia, Zoon?" nada suara Papi terdengar tidak suka.

Aku mengangguk.

***

Hari sudah siang ketika kami sampai di penginapan. Papi terlihat sangat gembira. Seperti aku, kukira ia tengah menikmati suasana Bali yang sekian lama ditinggalkannya.

"Bali belum berubah, Jansen. Setidaknya begitu menurutku. Papi masih bisa menyaksikan iring-iringan warga menuju Pura untuk beribadah. Juga kesenian tradisional semacam Tari Kecak dan upacara Ngurek, masih dipertahankan."

"Aku ingin berjalan-jalan menikmati keindahan Bali bersama Papi...."

"Kita pasti akan melakukannya, Zoon. Kalau kau sudah benar-benar sehat."

"Aku merasa sudah sehat, Pi." Aku mengecup pipi Papi yang keriput. Kulihat Papi tersenyum.

"Kukira ini sudah takdirku, Jansen. Harus kembali menginjakkan kaki ke Pulau Dewata ini. Semula Papi hanya ingin mengirim dirimu saja agar bisa bertemu Ni Kadek Resti. Sementara Papi---biarlah mengubur dalam-dalam semua kenangan tentang Bali."

"Juga mengubur kenangan bersama penari cantik sialan itu?" aku menggoda Papi. Papi tertawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun