Mohon tunggu...
Efa Butar butar
Efa Butar butar Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Content Writer | https://www.anabutarbutar.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Keindahan Bromo, Ketika Letih Jadi Tak Berarti

23 September 2018   23:20 Diperbarui: 24 September 2018   18:13 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bromo | Foto: G. Manihuruk

Dulu sering terlintas, kenapa harus Bromo? Atau Borobudur? Atau Bali? Kenapa bukan tempat lain?

Lalu, kini pertayaan itu terjawab.

Berselang 5 jam dari pusat kota Malang, Bromo terbilang sulit untuk didatangi. Bagi mereka yang pertama kali seperti saya ini, ya rasanya cukup bikin kaget. Meski sudah memegang prediksi suhu di Bromo dari berita yang saya dapatkan, saya pikir hanya dengan mengenakan jaket tebal saja cukup. Ternyata tidak!

Semakin jauh perjalanan, semakin turun pula suhu sekitar yang artinya semakin dingin suhu yang diterima oleh tubuh.

Mengandalkan jeep bermuatan tujuh orang untuk menerobos jalanan menuju Bromo rupanya tak cukup untuk menghangatkan tubuh yang belum terbiasa dengan kondisi dingin tersebut. Beruntung, seperempat perjalanan, jeep berhenti bersamaan dengan jeep-jeep lainnya yang ternyata adalah transportasi paling tepat untuk digunakan menuju Bromo dan kami bertemu dengan warga sekitar yang menjajakan syal dan topi kupluk kepada pengunjung yang bersiap menuju puncak Bromo. Selamet.... selamet....

Semestinya menurut Pak Supir, tak perlu memakan waktu sampai 5 jam menuju Bromo dari lokasi keberangkatan kami. 3-4 jam biasanya cukup. Sayang, kali itu, jeep yang kami tumpangi bermasalah entah di bagian mananya sehingga perputaran roda terkesan lamban. Bahkan, masih menurut sang supir, adalah hal yang mustahil pengunjung yang akan naik ke Bromo bisa tertidur di jeep karena biasanya tubuh penumpang sibuk terguncang baik karena medan jalanan yang berlobang-lobang, juga karena jeep dikemudikan dengan kecepatan yang maksimal.

Meskipun jam tibanya di lokasi mundur dari perkiraan karena kondisi jeep yang kurang memadai, seluruh peserta masih berkesampatan tiba di Bromo ketika kondisi masih benar-benar gelap.

Oh ya, sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas, jeep merupakan transportasi yang direkomendasikan menuju puncak Bromo. Oleh sebab itu, tidak heran jika setiba di puncak, jalanan persis seperti di Ibu kota. Macet cet cet!

Masih menurut si Abang supir, tak kurang dari 700 jeep beroperasi setiap harinya mengantar jemput penumpang dengan tujuan yang sama.

Kebayang kan lo? Tempat sekecil itu dipakai untuk 700 unit jeep? Padet dong kan? Belum lagi, ada saja pengunjung yang ngotot untuk menggunakan motor demi menyambangi tempat ini. Kalau motor trail sih ngga masalah, nah ini pada bawa motor bebek, matic dan sejenisnya. Hmmm... Kalau kata abang supir, itu terlalu nekat. 1 karena medan yang cukup "garang", 2 karena pada saat akan kembali, pengunjung tentu melewati padang pasir atau yang disebut dengan pasir berbisik yang jika dilalui dengan motor biasaya membuat ban selip dan mudah tergelincir.

Jangan gara-gara mau hemat, liburan malah berujung ke rumah sakit yaa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun