"Tuyul itu sama seperti setan, tidak nampak," lanjut Empok Imah.
Surya menatap wajah ibu dan bapaknya. Bang Amin hanya melempar senyum kepada anaknya itu. Lantas, menyaksikan ayahnya nampak gembira, Surya pun mulai terlihat manja. Ia melepaskan pinsil warna dan coretan-coretan tak keruaan di atas lembaran kertas.
"Kata Bang Sandi, tuyul itu sering nyopet duit orang. Surya takut deh," kata Surya sambil mendekat Bang Amin. Ia pun kemudian dipeluk dan kepalanya diusap-usap sambil didoakan agar kelak menjadi orang "gede".
"Kenapa tuyul susah ditangkap, yah?" tanya Surya sambil bersandar ke badan ayahya.
"Tuyul itu nggak kelihatan. Tapi ada dimana-mana. Di kantor, pasar, juga di masjid ngambil duit di kotak amal," kata Surya lagi.
***
Empok Imah dan Bang Amin saling pandang. Pasangan suami-isteri ini tak menyangka puteranya melontarkan cerita seperti itu. Padahal Surya jarang bermain di luar rumah. Apa lagi berkomunikasi dengan para tetangga usia dewasa. Namun ia memang sering dibawa ke masjid terdekat bersama Bang Amin untuk shalat magrib.
Untuk memuaskan hati puteranya itu, lantas sang ayah, Bang Amin mengambil peran menggantikan isterinya menjelaskan tentang tuyul.
"Nak, betul tuyul tak nampak. Nggak kelihatan dengan mata. Tapi, yang namanya mahluk jahat pasti bisa dimusnahkan," kata Amin.
Surya pun memandangi wajah ayahnya. Serius. Amin melanjutkan penjelasannya. Nangkap tuyul itu harus dipancing, sama seperti dengan ikan yang ada di laut luas.
Belum selesai Amin memberi penjelasan, anaknya memotong pembicaraan.