"Bunda, kalau tuyul itu dimana?" tanya Surya.
Empok Imah kaget. Ia diam berdiri. Melonggo. Belum mampu menjawab tentang keberadaan tuhan, sekarang ditanya lagi tentang tuyul.
"Huuu," keluh Mpok Imah sambil mengelus kepala Surya yang mungil.
***
Hari Sabtu bagi Empok Imah adalah momentum terbaik baginya untuk mendekatkan diri kepada anaknya, Surya. Ia tak mengajar di sekolah, sementara Bang Amin suaminya yang menjadi karyawan swasta juga libur.
Karena itu pasangan suami-isteri ini bersepakat untuk menjelaskan tentang kehadiran tuyul dan tuhan, mahluk yang dimata bocah usia dini itu dianggap asing, tak bisa dilihat namun nyata ada di permukaan bumi ini.
"Abang aja yang jelasin," kata Imah kepada suaminya sambil merajuk.
"Kamu sajalah. Ibu kan biasanya paling dekat dengan anak," kata Amin sambil mengelak.
Empok Imah setuju, tetapi suaminya diminta untuk ikut mendengarkan dan memperkuat argumentasinya jika kemudian anaknya, Surya, gencar melancarkan pertanyaan berikutnya.
Sabtu pagi yang cerah. Amin pun meluangkan waktu untuk lebih banyak dekat dengan isterinya. Ia pun mengorbankan hobi, tidak menonton acara tinju yang biasa ditayangkan televisi pada saat itu.
Surya pun lebih banyak bermain di dalam rumah. Ia gemar menggambar. Momentum itu kemudian dimanfaatkan Empok Imah untuk menjelaskan pertanyaan anak semata wayangnya itu seputar mahluk yang tak dapat dilihat mata telanjang.