Mohon tunggu...
Deddy Husein Suryanto
Deddy Husein Suryanto Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Penyuka Sepak Bola. Segala tulisan selalu tak luput dari kesalahan. Jika mencari tempe, silakan kunjungi: https://deddyhuseins15.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan featured

Pro dan Kontra terhadap Google Classroom di Perkuliahan Masa Kini

10 November 2019   13:00 Diperbarui: 14 Juli 2020   09:28 1975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kehadiran Google Classroom yang mulai digencarkan di tahun 2019. (Classroom.google.com)

Tepat hari Minggu (3/11), saya menghabiskan seperempat malam dengan teman saya. Awalnya, saya gunakan untuk menghadiri pementasan teater di Gedung Kesenian Gajayana, Malang. Sepulangnya, saya memilih untuk makan malam bersama di sebuah warung makan sekaligus menjadi warung kopi.

Sebelum makanan yang terpesan datang, kami sempat berbincang-bincang. Uniknya, topik pembahasan kami adalah tentang aktivitas kuliah saat ini. Kata teman yang masih mengambil jam untuk kelas -masih ada mata kuliah, sistem perkuliahan di kelas yang diikuti saat ini sudah mulai menggunakan Google Classroom.

Meski sempat mengetahui nama itu saat membuka Beranda Google pasca login email beberapa waktu lalu, namun saya masih kurang familiar tentang Google Classroom. Teman saya pun akhirnya memperlihatkan tampilannya. Di situ, dia menunjukkan proses penggunaan Google Classroom harus login terlebih dahulu dengan akun Gmail.

Setelahnya, dia memperlihatkan pula bagaimana isinya yang mana ternyata berisi daftar file jurnal perkuliahan untuk mata kuliah tersebut. Di situ juga ada nama-nama mahasiswa yang berada di kelas tersebut. Seraya memperlihatkan isinya, teman saya juga menjelaskan bagaimana mekanisme Google Classroom untuk perkuliahan saat ini.

Karena, obrolannya sudah lewat beberapa hari dan saya awalnya belum siap untuk memikirkannya lebih lanjut -untuk dijadikan bahan tulisan di Kompasiana. Maka, saya hanya mengingat satu poin penting dalam obrolan kami tentang Google Classroom. Yaitu, tentang pro-kontranya.

Awalnya, ada pemikiran yang sama tentang keberadaan fitur tersebut. Yaitu, pentingnya kesediaan untuk beradaptasi. Karena, di dalam kelas tersebut tentu tidak hanya ada mahasiswa yang memang mengambil jatah mata kuliahnya di semester itu. Melainkan juga, ada mahasiswa lama yang turut berada didalamnya.

Inilah yang membuat saya berpikir bahwa kesulitan dari mahasiswa ketika muncul penerapan Google Classroom adalah keharusan untuk beradaptasi terhadap cara baru di perkuliahan. Poin ini pula yang kemudian menimbulkan kontradiksi terhadap Google Classroom. Yaitu, ketika ternyata ada salah seorang mahasiswa yang menyatakan bahwa Google Classroom harus ditiadakan.

Menurutnya, aplikasi tersebut masih belum ramah untuk orang-orang yang "berkebutuhan khusus". Berhubung saya tidak kenal mahasiswa tersebut, maka melalui cerita teman saya, saya melihat bahwa pengaplikasian Google Classroom sepertinya masih perlu dikawal oleh orang-orang yang tak hanya melek teknologi, namun juga paham cara dalam menerjemahkan mekanisme perkuliahan dengan fitur online tersebut kepada mahasiswa yang berkebutuhan khusus.

Selain itu, saya juga berpikir bahwa ketika ada mahasiswa yang berkebutuhan khusus, maka dirinya juga perlu memiliki pendamping di dalam kelas. Tujuannya, agar apa yang disampaikan oleh dosen maupun aktivitas di dalam kelas yang tidak dapat "ditangkap" secara langsung oleh mahasiswa tersebut, akan diperantarai oleh pendamping tersebut.

Hal ini juga berlaku dalam pengaplikasian Google Classroom dalam aktivitas perkuliahan saat ini. Pihak dosen juga diharapkan menerapkannya secara bertahap melalui kebijakan-kebijakan yang mudah diikuti mahasiswanya. Misalnya, dengan pemanfaatan Google Classroom untuk pengunggahan dan pengunduhan file (jurnal dan tugas/paper).

Menurut saya, pemanfaatan Google Classroom dengan cara itu akan mudah untuk diikuti. Sembari secara perlahan digunakan untuk aktivitas yang lain. Namun, saya pikir bahwa penggunaan Google Classroom memang akan lebih mudah untuk diterapkan sebagai media submitting saja.

Baca juga: Himam Miladi (Kompasiana)

Karena, dengan pemanfaatan itu, mahasiswa maupun dosen tidak lagi perlu mengeluarkan uang untuk mencetak tugas maupun jurnal ke bentuk hard file. Jika ada fasilitas yang mempermudah aktivitas perkuliahan, mengapa tidak untuk dimanfaatkan? Misalnya, dengan keberadaan hotspot wifi kampus yang digunakan sebagai media akses Google Classroom. Maka, dengan fasilitas itu tidak ada lagi alasan bagi mahasiswa untuk kesulitan mengumpulkan tugasnya.

Faktor di atas itu yang membuat saya juga melihat adanya persetujuan terhadap Google Classroom. Faktor zaman juga membuat saya merasa perlunya media seperti Google Classroom untuk menunjang aktivitas pendidikan -tidak hanya di ranah kampus- di masa kini dan masa depan.

Memang, dengan keberadaan Google Classroom, media tatap muka akan semakin menyempit. Namun, dengan tetap adanya jadwal untuk bertatap muka di dalam kelas, maka keberadaan Google Classroom tidak akan serta-merta membuat jarak interaksi antara dosen dengan mahasiswa semakin renggang.

Baca juga: Achmad Pong (Kompasiana)

Begitu pula dengan interaksi antar mahasiswa. Mereka akan tetap dapat berinteraksi, namun akan lebih banyak berinteraksi secara non-formal (di luar kelas). Toh, di perkampusan juga masih ada wadah-wadah berinteraksi. Seperti adanya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Maka, di situlah mahasiswa masih dapat memiliki ruang dan waktu untuk berinteraksi. Sehingga, keberadaan Google Classroom sepertinya justru membuat adanya efisiensi waktu dalam aktivitas perkuliahan dan membuat interaksi semakin efektif dan rileks.

Jika, ini adalah pandangan saya tentang keberadaan Google Classroom melalui perbincangan saya dengan teman saya saat itu. Lalu, bagaimana dengan Anda? Apakah Google Classroom sudah memberikan banyak manfaat atau masih dianggap biasa saja dan malah menimbulkan kontradiksi di kalangan guru/dosen/pelajar/mahasiswa juga mungkin orangtua?

Malang, 9-10 November 2019
Deddy Husein S.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun