"Arini, ayolah," seru Ida. Diikuti oleh teman-teman lain yang juga tak mencatat rangkuman isi ceramah.
Suasana masjid menjadi gaduh. Terlebih bersamaan dengan anak-anak yang berebut jatah makanan. Begitu memang, sebab kalau kita diam, kadang-kadang tak kebagian karena kehabisan. Bagi kami, mendapat sebungkus makanan yang dibagikan seusai Shalat tarawih adalah suatu kenikmatan.
"Minggir sana," ucapku berontak saat anak-anak terus merayu untuk melihat isi rangkuman ceramah milikku.
Aku beranjak, mencoba menghambur ke arah mang Sholeh yang sudah datang membawa baskom berisi jajanan yang akan dibagikan.
"Aku mau mang," seruku kepada mang Sholeh.
Mang Sholeh langsung menyerahkan sebungkus jajanan ke tanganku. Dan aku berkali berontak kepada teman-teman yang masih juga tak henti menarik-narik ujung mukenaku.
"Tumben kalian enggak berebut jajanan? Ada apa ini?" suara mang Sholeh menghentikan aktivitas mereka. Semua diam.
"Itu mang, Arini enggak mau bagi-bagi catatan," cerita Ida.
"Catatan apa yang kamu maksud, Ida?" tanya mang Sholeh.
"Catatan hasil rangkuman ceramah tadi, mang," balas Dewi cepat sebelum Ida yang menjawab.
"Lah, memangnya kalian tadi enggak dengar isi ceramah?" tanya mang Sholeh.