Mohon tunggu...
Zuni Sukandar
Zuni Sukandar Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru SLB

Lahir di Magelang, 20 Mei 1971, SD-SMP di kota yang sama, S-1 di Jogjakarta, saat ini mengajar di SLB Maarif Muntilan sebagai guru tunanetra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bukan Jomlowati

23 Maret 2021   11:41 Diperbarui: 23 Maret 2021   12:10 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Tanti, Ibu dan Bapak ingin bicara padamu," kata Ibu malam itu selepas salat Isya.

"Tumben Bapak dan Ibu serius. Ada hal pentingkah, Bu?"

Aku pura-pura penasaran dengan apa yang Ibu katakan. Padahal sebenarnya sudah paham arah pembicaraan mereka. Pasti tentang perjodohan.

"Ya, Nduk. Apa kamu nggak merasa risih dengan adik-adikmu yang telah menikah. Umurmu sudah mendekati kepala lima, lho. Kamu sudah punya keponakan berapa, coba. Teman sekolahmu kan juga sudah banyak yang mantu, bahkan punya cucu," jelas Ibu panjang lebar membuat telingaku berdenging keras.

Aku hanya tertawa mendengar penjelasan Ibu. Namun di lubuk terdalam, ingin sekali membanting pintu kamar sekeras-kerasnya.

"Belum ada yang cocok, Bu. Nanti jika sudah ketemu jodoh, ya pasti menikah. Ibu nggak usah khawatir."

"Jika kamu mau, Ibu akan carikan jodoh lagi buatmu. Yang kemarin-kemarin kan kamu nggak ngeh semua. Ibu jadi agak malu pada mereka. Dikira sok milih-milih, gitu. Ibu dan Bapak hanya berharap, sebelum meninggal kamu sudah menikah."

Napasku seakan terhenti saat   mendengar pengakuan Ibu yang sangat jujur. Aku berharap Bapak dan Ibu diberikan panjang umur. Ingin juga membahagiakan keduanya dengan memenuhi keinginannya.

"Ya, sudah, Bu. Doakan saja, semoga Tanti segera mendapat jodoh. Minggu besok kan ada undangan manten di pernikahan anak teman SMA-ku. Semoga nanti Allah mempertemukan dengan orang yang mengerti Tanti, Bu."

***

Teringat malam kemarin saat Ibu mengajak berbicara masalah jodoh, aku pun berusaha untuk makin mendekat pada-Nya. Pada  keheningan malam, kucoba mengadukan semua keluhanku. Tidak terasa bulir bening pun mulai menetes. Lega rasa hati ini berkesempatan curhat pada pemilik hati seluruh manusia. Diriku pun hanya berharap, semoga  segera diberikan jodoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun