Mohon tunggu...
Zulva Azhar
Zulva Azhar Mohon Tunggu... Penulis - Hamba Allah

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang malas garap skripsi tapi bercita-cita cepat lulus. Bergelut dalam bidang jurnalistik dan pendidikan. Kanal ini saya gunakan untuk menampung tulisan anak-anak agar tidak tercecer. Bermodalkan beberapa BAB pelajaran Bahasa Indonesia, saya harap mereka bisa berkreasi lebih banyak daripada gurunya. Selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayam (Part 1)

4 Mei 2023   02:23 Diperbarui: 4 Mei 2023   02:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya benci unggas -yang masih hidup, kalau sudah dalam bentuk masakan siap santap saya suka. Unggas tidak punya rem di bo'olnya, asal buang taik sembarangan. Ingatan menginjak eek ayam masih terngiang dalam kepala saya. Bagaimana teksturnya yang cair, hangat, dan kental, serta bagaimana saya berjinjit sambil nangis menuju keran terdekat. 

Saya juga masih ingat disosor soang saat mau mengaji dulu, sakit sih tidak, kaget. Leher panjangnya lurus simetris dengan badan, sayapnya membentang memberi penjelasan bahwa badannya cukup besar. Saya dan kawan-kawan ngaji langsung ngibrit, tapi soang sudah punya target. Saya. Dia terus mengejar, melewati parit dan tanah Merah yang basah. Saya masih berusaha bertahan hidup dengan lari. Moncong soang mendekat. Di titik kritis Saya, sebuah sandal melayang ke arah soang. Terlihat engkong-engkong berkaus kutang berkacak pinggang. Bak Superman dengan jubah yang berkibar-kibar. Engkong jadi pahlawan melawan monster soang. 

Ingatan buruk tentang unggas masih saja melekat. Saya jadi selalu negatif thinking kalau liat ayam, burung, soang, bebek. Tai mereka pasti di mana-mana. Kebencian itu terus terbawa sampai Saya masuk pondok. 

Tibalah waktu perpulangan, saya balik ke rumah. Di sana, siang bolong, saya merebus mie. Sepertinya kurang lengkap kalau tidak pakai telur. 

"Bundaa, ada telor, 'gak?"

Bunda lekas memanggil Zayyaan

"Aa... Tolong ambilin telor"

Selang perintah itu terlontar, terdengar ribut kokokan ayam di luar. 

"Petok! Petok! Petok!" 

Dari jendela tangan Zayyaan masuk rumah, sebuah telur digenggamnya. Saya ambil agak ragu, masih menempel beberapa bulu. 

Saya baru tau bahwa kedua adik saya memelihara ayam. Ya, ayam. UNGGAS. Dari sekelebat pertanyaan iseng 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun