Dalam hal ini Kartini memfokuskan perhatiannya pada wanita Eropa sebagai modelnya. Kartini menganggap wanita Eropa adalah wanita yang memiliki kebebasan dan kesetaraan.[6] Atas upaya yang dilakukan akhirnya R.A Kartini dapat mengangkat harkat dan martabat kaum wanita di masanya.[7]
 B. Konsep pemikiran pendidikan
 Sejak saat muda R.A. Kartini hanya memikirkan tentang kepentingan rakyatnya. Ia selalu berusaha dan memperhatikan nasib rakyatnya dengan cara mengunjungi desa-desa yang ada disekitar untuk mengetahui secara langsung, bagaimana keadaan rakyatnya dan tidak segan untuk membantunya. Ia bahkan tidak sedikitpun merasakan takut terhadap bangsa Belanda, bahkan ia berani menuliskan secarik kertas yang isinya mengecam pemerintahan Hindia Belanda karena sistem politik yang mereka buat yang bertujuan tidak mencerdaskan anak bangsa.
 Dalam kolerasi pendidikan, R.A. Kartini mewariskan dua hal. Yang pertama yaitu kemandirian. Walaupun R.A. Kartini berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki kebebasan untuk merasakan dunia pendidikan, tetapi beliau tetap belajar di rumah dan tidak pernah lupa melakukan kebaikan dan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Dalam hidup seorang R.A. Kartini, tidak ada kata menyerah untuk belajar dan berjuang dalam menghadapi tantangan kehidupan. Prinsip yang selalu ia pegang adalah "lebih baik melakukan sesuatu yang kecil daripada tidak melakukan sama sekali. Kemandirian memang sangatlah dibutuhkan dalam dunia Pendidikan.[8]Â
 Pendidikan adalah hal yang utama di mana pendidikan yang dijalankan bisa meningkatkan derajat dan martabat bangsa. Selain itu pendidikan tidak hanya diberikan kepada salah satu gender jasa di mana semuanya memiliki hak untuk mendapatkannya. Perempuan bukan berada dibawah laki-laki dan perempuan merupakan sosok yang memberikan dukungan dalam segala pekerjaan laki-laki. RA Kartini menjelaskan bahwasanya peradaban Indonesia juga muncul dan bisa dipertahankan dengan adanya Pendidikan. Gagasan yang dimiliki oleh Kartini terkait perempuan ternyata mempunyai dampak yang sangat signifikan dalam kontribusi memajukan Indonesia dan tidak hanya menjadi sebuah angan-angan kecil saja. Tetapi, malah sebaliknya yaitu menjadi sebuah mimpi yang besar bagi Kartini.
 Kartini mengonsepkan bahwa peran pendidikan merupakan sebagai alat yang dipergunakan dalam membuka pikiran masyarakat ke arah yang lebih maju. Sehingga, pendidikan adalah sebuah langkah konkrit menuju kemajuan peradaban. Di mana sudah sewajarnya bahwa perempuan dan laki-laki menjalin sebuah kerjasama dalam membangun sebuah bangsa secara bersamaan. Persamaan pendidikan adalah suatu bentuk kebebasan dalam diri perempuan, kebebasan ini mandiri, dan merupakan perempuan yang mandiri, merupakan perempuan yang tidak memiliki ketergantungan dengan laki-laki.
 Dengan perjuangan inilah Kartini mulai menjadi role model perjuangan perempuan masa itu. Cita-cita Kartini adalah untuk memajukan pendidikan bagi perempuan agar bisa berdampak kepada kemajuan bangsa dan Negara. Yang kemudian kemajuan tersebut bisa meningkatkan keadilan dan kesetaraan bagi laki-laki dan Perempuan.[9]Â
 C. Perempuan Modern
 Di Indonesia, menurut pengakuan Pramoedya Ananta Toer, bukan siapa-siapa yang telah meletakkan batu sejarah modern Indonesia. Bagi Pram, Kartinilah orangnya. Pram mengatakan bahwa "Kartini adalah pemula dari sejarah modern Indonesia. Dialah yang menggodok aspirasi kemajuan yang di Indonesia untuk pertama kali timbul di Demak-Kudus-Jepara sejak pertengahan kedua abad ke-19. Di tangannya kemajuan itu dirumuskan, dirincinya dan diperjuangkannya, untuk kemudian menjadi milik seluruh bangsa Indonesia.
 Bukan berarti mengesampingkan Budi Utomo (1908) dan gerakan lainnya, tetapi Pram melihat bahwa peran Kartini sebagai perempuan telah menandai permulaan dalam sejarah modern Indonesia. Dari Kartinilah kaum perempuan Indonesia mampu bangkit dan menyusun gerakan yang "menghidupkan" Indonesia. Kartini menjadi rahim bagi lahirnya gerakan "kehidupan" perempuan. Dan gerakan gerakan kehidupan perempuan menandai lahirnya "kehidupan Indonesia" itu sendiri. Ini bukanlah simplifikasi atau mengesampingkan yang lain, tetapi hakekat peradaban yang terbangun lewat gerakan kehidupan kaum perempuan memang menandai Indonesia modern yang menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.
 Dalam diri perempuan terdapat berbagai potensi yang patut untuk digali dan diberdayakan bukan dibiarkan begitu saja bahkan menganggapnya seperti tidak penting.(buku psikologi). Perempuan berhak dan bebas dalam memilih apakah ingin menjadi wanta karir dan mengurus rumah atau hanya menjadi ibu rumah tangga saja.[10]