Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka (library research), yaitu studi kepustakaan dari berbagai referensi yang relevan dengan pokok pembahasan mengenai analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern.[3] Sumber data dalam penelitian ini diklasifikasikan dalam dua jenis yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari bahan pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat yang mendasari kajian dalam tulisan ini. Adapun yang penulis gunakan terdiri dari buku- buku mengenai analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern. Data sekunder merupakan data yang terkumpul diperoleh dari studi kepustakaan (library research) laporan penelitian, buku-buku, literatur, serta sumber lain yang relevan dengan tulisan ini.
 Teknik pengolahan dan analisis data dalam penulisan ini, yaitu dengan menggunakan metode penelitian sejarah Heuristik, yang merupakan kegiatan mencari dan menemukan sumbersumber yang diperlukan seperti jurnal ilmiah, arsip, dokumen, buku, majalah, surat kabar, yang ada hubungannya dengan analisis pemikiran Raden Ajeng Kartini mengenai kecerdasan perempuan dan relevansinya dalam kehidupan modern. Selanjutnya yaitu Verifikasi atau kritik sumber, Langkah kedua pengerjaan studi Sejarah yang akademis atau kritis terhadap fakta-fakta yang telah teruji. Kritik tentang otentitasnya (kritik ekstren) ataupun tritik tentang kredibilitas isinya (kritik intern), Supaya peneliti memperoleh fakta yang dapat mengantarkan pada kebenaran ilmiah. Langkah ketiga yaitu dengan Interpretasi, interpretasi adalah penafsiran kata yang memiliki keterkaitan, disesuaikan dengan fokus yang teliti sehingga layak dijadikan bahan penulis sejarah. Yang terakhir yaitu dengan Historiografi, tahap terakhir dalam kegiatan penelitian.[4]
 Hasil peneltian
 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perjuangan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan, telah menjadi tonggak penting dalam sejarah emansipasi perempuan di Indonesia. Dalam konteks kehidupan modern, nilai-nilai yang diperjuangkan Kartini tetap relevan, terutama dalam upaya pemberdayaan perempuan di berbagai bidang kehidupan.
Pembahasan
 A. Upaya R. A Kartini
 R.A Kartini merupakan sosok wanita yang mempunyai inisiatif, cerdas dan pemberani sejak kecil. Ia juga lahir dari keluarga besar kelompok orang nigrat yang telah berpikiran maju. R.A Kartini mempunyai semangat belajar yang tinggi sehingga pada usia dua puluh ia bisa belajar tentang mobilitas perempuan di Eropa, sedangkan perempuan di negaranya sendiri masih tunduk pada budaya lama. R.A Kartini selalu teringat-ingat segala pengalaman yang dilaluinya dimasa itu bahkan kartini membenci terhadap perkawinan adat. Dihati kartini ia menjawab makna perjodohan itu adalah adat dari kebiasaan kuno kaum nigrat. Pada masa itu Anak pria diberi kebebasan dan lebih mendapatkan perhatian, disebabkan kaum pria ketika beranjak dewasa dan menikah ia mesti menafkahkan keluarganya sendiri. Hal ini sangat berbeda dengan anak wanita, yang dimana selalu dikurung sampai ada orang yang meminangnya. Adat ini adalah peraturan yang diberikan dari leluhur mereka yang sudah ada dari berabad-abad lamanya. Mereka tidak bisa merombak peraturan tersebut, disebabkan peraturan tersebut sudah dianggap baik dan sempurna oleh mereka.
 Pada saat itu Kartini mempunyai tekad yang kuat untuk melawan tradisi kolot. Ia mulai berfikir, menganalisis dan menyadari bahwa adat istiadat itu bisa bertahan sampai berpuluh-puluh tahun disebabkan kaum wanita selalu dapat menerima nasip dengan cara berdiam diri. Dimasa itu kaum wanita tidak ada yang berani melawan mereka takut dicerai dan takut akan kehilangan nafkah jika mereka bercerai kemungkinan besar mereka akan terlantar. Kartini mulai mencari jalan keluar untuk membuka kemajuan bagi kaum wanita didaerah pulau jawa, mereka harus merubah pola mereka agar tidak diperlakukan sewenang-wenang.
 Pada bulan Juni 1903 Kartini berhasil membuka sekolah wanita pertama di Hindia Belanda (Indonesia). Pada saat sekolah di buka Kartini hanya mempunyai satu orang murid saja. Seiring berjalannya waktu murid Kartini pun menjadi lima murid. Pada saat itu Sekolah Kartini dapat diterima oleh masyarakat Jepara dengan baik, sekolah itu dibuka empat hari dalam seminggu. Sekolah itu di buka dari pukul 08.00 sampai 12.30 WIB. Pelajaran yang diberikan adalah pelajaran membaca, menulis, menggambar, pekerjaan tangan dan memasak.
 Kemudian, setelah R.A Kartini menikah dan tingggal di Rembang ia membuka sekolah dan mengajar lagi seperti halnya yang dilakukan di Jepara. Beliau membuka sekolah putri di samping pendopo kabupaten Rembang, dia membuka sekolah karena ia peduli terhadap anak-anak kecil terutama kaum Perempuan. Pada saat itu R.A Kartini sangat menyadari betul bahwa akan sulit memperbaiki budaya yang sudah sangat kental itu yang sudah mengakar kedalam budaya Jawa tidaklah suatu hal yang mudah untuk dibongkar ia selalu memikirkan bagaimana caranya untuk merubah pola pandang masyarakat jawa ia juga sudah memakai berbagai macam cara dan hasilnya nihil. Dari sini lah ia melihat jalan keluarnya dengan cara membentukan karakter anak sejak kecil ini adalah jalan alternaifnya.
 Berkat dari R.A Kartini muncullah sebuah Kemandirian perempuan sehingga bisa menumbuhkan rasa percaya diri terhadapt kaum perempuan itu sendiri. pondasi tersebut harus dimiliki oleh semua Wanita agar bisa sederajat dengan kaum pria. Ini adalah visi yang dijalankan R.A. Kartini didalam pendidikannya. Wanita Indonesia (Jawa) harus bisa maju dan sejajar dengan pria. Agar perempuan bisa memiliki potensi besar bagi bangsa.[5]Â