Yang disebut dengan anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup didalam program pendidikan pendidikan penitipan anak, penitipan anak pada keluarga, dan pendidik prasekolah baik negeri maupun swasta Tk dan Sd.Â
Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 14 yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani supaya anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya.Â
Setiap anak memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Dan anak usia dini mempunyai karakteristik yang sangat khas sekali. Berikut beberapa karakteristik anak usia dini menurut Hartati (dalam Amini, 2005) :
- Memiliki Rasa Ingin tahu yang besar. Anak usia dini memiliki rasa tertarik dalam hal-hal baru yang ada disekitarnya. Dan selalu ingin tahu tentang apa-apa saja benda-benda yang ada disekelilingnya. Pada masa bayi, anak menunjukkan rasa ketertarikan dan keingintahuannya dengan cara meraih benda dan memasukkan kedalam mulutnya. Selain sering membongkar pasang mainannya anak juga sering bertanya dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Pertanyaan ini diwujudkan seperti kata "apa" atau "mengapa" . Anak membutuhkan seorang pendidik untuk memfasilitasi keingintahuannya. Misalkan dengan menyediakan benda-benda tiruan yang ada dirumah seperti setrika mainan dll. Selain itu pertanyaan anak harus dilayani dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan jawaban yang bijak dan komprehensif, tidak sekedar menjawab. Bahkan jika perlu seorang pendidik bisa merangsang keingintahuan anak dengan memberikan pertanyaan kembali pada anak, sehingga terjadi sebuah dialog yang menyenangkan tetap tetap ilmiah.
- Merupakan Pribadi Yang Unik. Meskipun pada setiap anak memiliki kesamaan dalam pola umum perkembangan, setiap anak itu memiliki keunikan masing-masing sekalipun anak itu adalah anak kembar yang identik. Misalnya dalam gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga. Keunikan ini dapat berasal dari beberapa faktor. Yang pertama faktor genetis atau faktor keturunan, dan yang kedua yaitu faktor lingkungan. Dengan adanya keunikan tersebut, pendidik perlu melakukan sebuah pendekatan individual selain pendekatan kelompok, sehingga keunikan pada setiap anak dapat terakomodasi dengan baik.Â
- Suka bberfantasi dan berimajinasi. Anak usia dini juga senang membayangkan dan mengembangkannya ke berbagai hal-hal yang sangat jauh melampaui kenyataan. Anak juga dapat menceritakan berbagai hal-hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah anak itu melihat dan mengalaminya sendiri. Padahal semua itu hanyalah fantasi atau imajinasinya saja. Dan terkadang anak usia dini belum bisa membedakan mana hal yang fantasi dan mana yang nyata. Sehingga terkadang orang dewasa menganggapnya berbohong. Fantasi adalah sebuah kemampuan untuk membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Anak-anak sangat luas sekali dalam berfantasi. Mereka dapat membuat gambaran khayal yang luar biasa, misalnya kursi yang dibalik menjadi kuda taplak meja dijadikan sebagai perahu dan lain-lain. Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting sekali untuk pengembangan anak terutama dalam pengembangan anak terutama dalam pengembangan kreativitas dan bahasanya. Oleh karena itu, selain perlu diarahkan agar secara perlahan anak mengetahui perbedaan khayalan dengan dan kenyataan.
- Merupakan Masa Yang Paling Potensial untuk belajar. Anak Usia Dini juga sering disebut dengan masa atau usia golde age/usia emas. Karena pada rentang usia ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat pada berbagai aspek. Pada perkembangan otak misalnya, terjadi proses yang sangat cepat pada usia 2 tahun pertamma anak. Gallahue (dalam Amini,1993) menyatakan bahwa usi prasekolah merupakan waktu yang paling optimal untuk perkembangan motorik anak. Oleh karena itu, anak usia dini terutama usia 2 tahu kebawah itu merupakan masa yang paling peka dan potensial bagi anak-anak untuk mempelajari sesuatu. Pendiik peru sekali memberikan stimulus-stimulus yang tepat agar masa peka anak ini tidak terlewatkan begitu saja, tetapi diisi dengan hal-hal yang mengoptimalkan tumbuh kembang anak
- Menunjukkan Sikap Yang Egosentris. Ego artinya aku, dan Sentris artinya pusat. Jadi egosentris artinya berpusat pada aku, artinya bahwa anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan dari sudut pandang orang lain. Anak yang memiliki sifat egosentrik memiliki sifat yang lebih banyak bicara tentang dirinya sendiri dibandingkan tentang orang lain dan tujuan tindakannya untuk dirinya sendiri. ada 3 macam bentuk egosentris yang pertama yaitu selalu merasa superior, anak akan selalu berharap agar seseorang selalu memuji tindakannya dan ingin diakui sebagai seorang pemimpin. Yang kedua yaitu merasa menjadi Inferior, anak memfokuskan semua permasalahan pada dirinya sendiri karena anak merasa tidak berguna dalam suatu kelompok. Anak Inferior ini biasanya sangat mudah sekali dipengaruhi oleh orang lain. Karena anak merasa perannya sangat kecil dalam suatu kelompok. Merasa Menjadi Korban. Anak merasa dirinya tidak diperlakukan dengan adil sehingga anak mudah sekali marah kepada semua orang. Â Sifat egosentris ini sangat merugikan sekali bagi perkembangan anak.Â
- Memiliki Rentang Daya Kosentrasi Yang Pendek. Anak usia dini sangat cepat sekali dalam berpindah dari satu kegiatan ke-kegiatan yang lainnya. Anak usia ini memang memiliki rentang perhatian yang sangat pendek sehingga perhatiannya mudah sekali teralihkan. Hal ini terjadi apabila kegiatan nya sebelumnya dirasa kurang menarik perhatiannya lagi.
- Sebagai Bagian Dari Makhluk Sosial. Anak usia dini mulai suka bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. Anak mulai belajar untuk berbagi, mengalah, dan antri menunggu giliran saat bermain dengan teman-temannya. Melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya anak akan terbentuk konsep dirinya. Anak juga belajar bersosialisai untuk dapat diterima oleh lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI