Mohon tunggu...
Zubaili
Zubaili Mohon Tunggu... Guru - Guru Honorer - Aceh. "Belajar Harus Berguru, Bukan Meniru"

Menulis adalah bagian dari belajar. Dengan belajar, kita bisa mengajar... Dengan mengajar, kita bisa belajar...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Bahagiakah kita?

3 Juni 2022   20:58 Diperbarui: 3 Juni 2022   21:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kamus kbbi, bahagia diartikan "keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan)"

Semua kita pasti menginginkan hidup bahagia. Hidupnya aman dan menyenangkan, tidak hidup susah. Sebagai manusia itu hal yang wajar. Siapa sih yang tak mau hidup bahagia. Kita pasti mau hidup senang dan bahagia. Semua kita berhak untuk menikmati dan merasakan yang namanya bahagia. Terlepas suka atau tidak suka orang lain yang melihatnya, karena terkadang bahagia yang kita rasakan pada satu keadaan tertentu belum tentu akan dirasakan bahagia disaat posisi itu digantikan oleh orang lain.

Bagaimana supaya kita bahagia? Sebenarnya persoalan bahagia adalah ranah pribadi. Kita bebas memilih caranya. Bahagia bukan persoalan kaya atau miskin, ganteng/cantik atau jelek. Bahagia adalah bagaimana kita bisa menikmati hidup ini dengan apa adanya yang sudah ditakdirkan kepada kita, intinya kita bersyukurlah.

Banyak orang kaya, yang hartanya melimpah, punya beberapa mobil mewah, istri dan anak yang cantik, rumah bertingkat. Tetapi hidupnya tidak bahagia.

Di sisi lain, ada orang miskin yang memiliki sebidang tanah yang hanya cukup untuk membangun sebuah gubuk kecil sebagai tempat singgahan, gubuk kecil yang dihuni tak layak pakai, makan sehari kadang-kadang Cuma sekali, uang pas-pasan, tetapi hidupnya cukup bahagia.

Kadang kadang hanya melakukan hal-hal kecil orang sudah bahagia. Bagi anak kecil misalnya, mereka cukup bahagia hanya sekedar diajak bermain di taman kota sambil naik pelosotan. Bagi penulis, telah menyelesaikan satu tulisan mereka sangat bahagia. Bagi yang sedang kehausan, mendapatkan air hanya segelas saja cukup bahagia. Jadi bahagia tidak di ukur oleh biaya atau harta yang melimpah. Bahkan, ada orang yang hanya melihat orang lain bahagia, dia sangat bahagia. Salah satunya adalah orang tua kita. Mereka cukup bahagia tatkala melihat anaknya bahagia.

Jadi, kebahagiaan itu kita sendiri yang merasakan dan menentukannya. Kita tidak perlu menunggu orang lain untuk memberikan kebahagiaan pada kita. Saat kita sudah bisa menemukan rasa bahagia itu, maka di situlah kita akan merasa senang, puas dan lebih menghargai diri sendiri dengan apa yang sudah kita lakukan. 

Semoga tulisan singkat ini bermanfaat dan membuat kita yang membacanya ikut bahagia. 

Salam bahagia!

#ZB | Aceh Besar, 03 Juni 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun