Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

Yang penting nulis, bukan nulis yang penting

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Surat untuk Anakku di Masa Depan

9 Februari 2025   21:59 Diperbarui: 17 Februari 2025   10:11 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat/sumber: pexels.com

Anakku yang tercinta,

Mungkin saat kamu membaca surat ini, Ayah sudah tidak lagi muda. Mungkin rambutku sudah memutih, dan keriput di wajahku semakin dalam. Tapi percayalah, cintaku padamu tak pernah menua. Dan hari ini, ada sesuatu yang ingin Ayah bagikan padamu - sebuah rahasia tentang kekayaan sejati yang telah Ayah temukan setelah menjalani berbagai liku kehidupan.

Kamu tahu, Nak? Dulu Ayah juga seperti kebanyakan orang. Berlari mengejar harta, menumpuk materi, berpikir bahwa kebahagiaan bisa dibeli dengan uang. Ayah menghabiskan begitu banyak waktu menghitung angka di rekening bank, memamerkan mobil baru, atau membandingkan rumah dengan tetangga sebelah. Tapi kamu tahu apa yang Ayah temukan? Kekosongan. Kehampaan yang tak bisa diisi oleh semua harta di dunia ini.

Suatu malam, saat Ayah duduk sendirian di beranda rumah, memandangi langit berbintang, Ayah akhirnya mengerti. Kekayaan sejati itu tidak terletak pada apa yang kita miliki, tapi pada siapa diri kita sebenarnya. Ia tersembunyi dalam tawa yang tulus, dalam pelukan yang hangat, dalam air mata haru saat menolong sesama. Kekayaan sejati itu ada dalam keberanian untuk tetap berdiri saat dunia menerjangmu dengan badai kehidupan.

Dan tahukah kamu, Nak? Ada satu bentuk kekayaan yang tak akan pernah bisa dicuri atau direbut darimu - ilmu pengetahuan. Setiap kali kamu membuka sebuah buku, kamu sebenarnya sedang membuka pintu menuju dunia baru. Ayah masih ingat bagaimana dulu, di masa kecil, Nenek selalu berkata bahwa buku adalah jendela dunia. Saat itu Ayah belum mengerti, tapi kini Ayah paham bahwa setiap halaman yang kamu baca adalah investasi untuk masa depanmu.

Mungkin kamu akan bertanya, "Kenapa harus membaca, Yah? Kan sekarang sudah ada internet, sudah ada video?" Tapi percayalah, Nak, ada keajaiban tersendiri dalam membaca. Saat kamu membaca, pikiranmu menari dengan kata-kata, imajinasimu terbang bebas menciptakan gambaran-gambaran indah. Setiap buku yang kamu baca adalah seperti mentor yang berbisik lembut di telingamu, membagikan kebijaksanaan dari masa lalu, masa kini, dan bahkan masa depan.

Ilmu itu seperti cahaya, Nak. Ia akan menerangi jalanmu di saat gelap. Ia akan memberimu kekuatan saat kamu lemah. Dan yang paling indah, semakin banyak ilmu yang kamu bagikan, semakin terang cahayanya bersinar. Tidak seperti harta dunia yang berkurang saat dibagi, ilmu justru berlipat ganda saat kamu membaginya dengan orang lain.

Mungkin saat ini kamu sedang berjuang mencari jati dirimu. Mungkin kamu merasa tidak cukup karena teman-temanmu punya gadget yang lebih bagus atau baju yang lebih mahal. Tapi dengarlah, Nak. Di dalam dirimu mengalir darah para pejuang. Di dalam jiwamu tersimpan berlian-berlian kebijaksanaan yang tak ternilai harganya. Kamu tidak perlu mencari jauh-jauh, karena harta karun itu ada dalam setiap detak jantungmu.

Kekayaan sejati adalah ketika kamu bisa tersenyum tulus meski hari sedang hujan. Ketika kamu bisa mengulurkan tangan pada mereka yang terjatuh, meski dompetmu sedang tipis. Ketika kamu bisa tidur nyenyak di malam hari karena tahu bahwa hari ini kamu sudah menjadi versi terbaik dari dirimu.

Dan kekayaan sejati juga terletak pada kelapangan dadamu untuk terus belajar. Setiap buku yang kamu baca adalah batu bata yang membangun istana kebijaksanaanmu. Setiap pengetahuan baru yang kamu serap adalah permata yang menghiasi mahkota karaktermu. Jangan pernah berhenti belajar, Nak. Karena orang yang berhenti belajar, sesungguhnya telah berhenti bertumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun