Mohon tunggu...
Zhafira Marselita
Zhafira Marselita Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

a girl with big DREAMS.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penyebab Anak-anak Indonesia Putus Sekolah

1 Desember 2019   10:03 Diperbarui: 1 Desember 2019   10:06 5872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kata Putus Sekolah sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. 

Sepanjang 2018 jumlah anak putus sekolah sebanyak 32.127 siswa, tercatat oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan anak-anak di Indonesia putus sekolah, mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal. oleh karena itu perlunya bimbingan hingga peran yang diberikan oleh pemerintah hingga orangtua agar anak-anak Indonesia tidak merasakan rasanya putus sekolah. 

Faktor-faktor yang menyebabkan putus sekolah sangatlah beragam, seperti dari faktor ekonomi, hingga kemalasan yang dimiliki didiri anak tersebut. Jika dilihat dari faktor ekonomi, masyarakat di Indonesia ini masih kesulitan membayar biaya atau perlengkapan sekolah hingga diharuskanlah anak mereka untuk mencari uang, bukan hanya untuk biaya sekolah atau perlengkapan sekolah tetapi untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari - hari.

Rata-rata anak-anak di Indonesia terpaksa bekerja untuk membantu orang tua mereka mencari nafkah, banyak sekali hal-hal yang menyebabkan anak-anak di Indonesia sejak kecil sudah terpaksa mencari nafkah untuk keluarganya sehingga tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Bersekolah sangatlah penting untuk penanaman moral dan ilmu pendidikan yang dapat menjadi jembatan untuk anak indonesia agar dapat memperbaiki perekonomian mereka dikemudian hari. Jika anak-anak Indonesia berpendidikan maka sudah tidak diragukan lagi kualitas SDM di Indonesia ini. 

Pemerintah hingga masyarakat sekitar harus membimbing dan membantu anak-anak Indonesia yang putus sekolah agar dapat bersekolah kembali, dengan harapan dapat memperbaiki kehidupan mereka kedepannya. Sudah seharusnya anak-anak bersekolah agar mendapatkan ilmu yang bermanfaat hingga dapat memperbaiki kehidupannya, tujuan anak-anak bukan untuk mencari nafkah melainkan untuk bersekolah.

Kemiskinan yang terjadi di Indonesia ini sangat mengkhawatirkan dikarenakan dapat menyebabkan masalah mulai dari kesehatan, hingga pendidikan seperti putus sekolah ini. 

Faktor selanjutnya yaitu "Kemalasan" yang ada didalam diri anak, jika ditelusuri lebih lanjut alasan lain mereka putus sekolah bukan hanya dari faktor ekonomi. Melainkan dari kemalasan yang mereka punya didalam diri mereka. Pergaulan lah yang menyebabkan kemalasan anak-anak di Indonesia. pentingnya pengawasan orang tua dalam menjaga putra putri nya dalam bergaul.

Pergaulan yang menyimpang dapat memberikan dampak yang tidak baik kedalam individu, kemalasan dalam bersekolah ini membawa pengaruh yang bisa berakibat fatal untuk masa depan anak-anak Indonesia. Kembali lagi ke peran orangtua dalam mengawasi anak-anaknya dalam hal bergaul. setiap hari orangtua harus mendengarkan keluh kesah anak mereka dan menjadikan anak sebagai sahabat, agar anak dapat terbuka dengan orangtua.

Tidak adanya paksaan yang diberikan oleh orang tua ke anak, sehingga anak bisa dengan mudah memberikan kepercayaan nya ke orangtua. Kepribadian orang tua juga harus mencerminkan pribadi yang baik agar anak dapat mengikuti kepribadiaan orang tua. jika anak sudah terlanjur memiliki kepribadiaan yang malas dikarenakan faktor eksternal maka perlunya pengarahan, pendampingan dan bimbingan lebih lanjut. 

Alasan lainnya anak tidak menyukai sekolah dan bermalasan untuk pergi kesekolah yaitu guru sekolah tersebut, anak perempuan berusia 14tahun pernah mengatakan alasan malas pergi ke sekolah dikarenakan "Guru-guru tidak menyenangkan dan selalu marah-marah". Pola pikir anak tersebut menyebabkan anak-anak malas untuk bersekolah.

Oleh karena itu kepribadiaan guru dalam menghadapi anak seperti itu harus lebih lembut dan bimbingan yang lebih mendalam. anak-anak selalu menganggap jika guru tersebut berprilaku tidak baik atau kurang menyenangkan maka pelajaran tersebut akan tidak menyenangkan. Peran Guru bukan hanya untuk mengajar akan tetapi menjadi contoh yang baik untuk murid. anak akan mencontoh orangtua nya di rumah hingga diluar rumah, dan guru adalah contoh untuk anak-anak(muridnya) di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun