Mohon tunggu...
Zera Zetira Putrimawika
Zera Zetira Putrimawika Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist

Detoxing for Discernment | Student of Education, Linguistics, Ushuluddin | I'm playing piano and badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Paradoks Malam Jumat

1 Agustus 2018   12:00 Diperbarui: 2 Agustus 2018   00:35 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (@kulturtava)

Di mana kita di malam jumat? Kita terperangkap dalam suatu dimensi bernama keabadian. Keabadian yang sebenarnya tidak ada. Yang ada adalah pilihan, mau seperti apa dan di mana kita akan berakhir.

Dimensi itu ciptaanmu, semata-mata untuk meyakinkanku bahwa kau tulus mencinta. Wajar, kau adalah orang pintar yang bisa menciptakan dimensi dan waktu sesuka hatimu saja.

"Aku masih harus menyelesaikan satu semester lagi."

"Siapa yang memaksamu segera menikah?" lalu kamu tertawa penuh semangat.

Malam jumat sebelumnya kita masih saling bercanda, tertawa menakuti-nakuti sambil lari pontang-panting ketika lewat depan Lawang Sewu. Masih saling tak mau kalah bercerita siapa yang paling sering lihat hantu.

Sesungguhnya hantu itu bukanlah yang paling aku takutkan.

Kamu sudah memilih untuk menikahi perempuan bermata indah bola pingpong itu di malam selasa. Katanya sudah dihitung baik-baik oleh keluargamu sesuai primbon. Tapi hubungan kita tak kunjung berakhir.

Kamu tak mau mengakhiri, sedangkan aku memilih untuk melihat apakah kau akan tetap menikah dengan perempuan itu di malam selasa?

Aku berdoa semoga malam jumat tak menjadi petaka kedua bagimu. Cukup aku yang tahu betapa mengerikannya malam jumat.

Malam ini, ketika bintang di langit bersaing dengan sorot lampion, menerangi Jalan Pandanaran, adalah malam kebesaran muda-mudi memadu kasih. Tak usah kau tanya lagi malam apa? Tentu saja malam minggu! Aneh, rasanya seperti malam jumat saja bagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun