Gintangan, 30 Juli 2025 --- Kebakaran yang terjadi pada 2 Mei 2025 akibat korsleting listrik menghanguskan Perpustakaan Desa Gintangan, yang terletak di dekat lapangan desa dan SDN 1 Gintangan, Kecamatan Blimbingsari. Peristiwa ini bukan hanya memusnahkan bangunan fisik, tapi juga memadamkan satu-satunya akses ruang baca publik yang selama ini menjadi sumber literasi utama masyarakat, terutama bagi anak-anak.
Sebagai alternatif sementara, pojok baca sempat dipindahkan ke Balai Desa Gintangan. Namun tanpa pengelolaan aktif, pojok baca tersebut tidak dimanfaatkan dengan optimal dan nyaris terbengkalai. Aktivitas literasi pun secara tidak langsung terhenti.
Situasi ini menjadi perhatian mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Masyarakat (KKN-BBK) 6 Universitas Airlangga tahun 2025, yang melaksanakan program tematik literasi di Desa Gintangan, dalam kolaborasi dengan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI). Salah satu fokus utama mereka adalah menghidupkan kembali pojok baca yang selama ini kurang pengunjung.
"Kami ingin pojok baca bukan sekadar tempat menaruh buku, tapi menjadi ruang hidup tempat anak-anak bisa tumbuh lewat cerita," ujar Muchammad Pandu Ardiyannanta Ramadhanie, penanggung jawab program Layanan Perpustakaan dari tim KKN-BBK 6 UNAIR.
Bersama Pak Umar, pengelola Perpustakaan Desa Gintangan sekaligus bagian dari jaringan Perpusnas, para mahasiswa melakukan sejumlah inisiatif, antara lain:
- Menata ulang tampilan dan tata letak pojok baca agar lebih ramah anak
- Menyediakan buku bacaan yang relevan dan edukatif
Mengadakan berbagai kegiatan literasi aktif seperti:
- Membaca nyaring
- Read Me a Book
- Dongeng dan cerita rakyat interaktif
Tak hanya itu, mahasiswa juga mendonasikan sejumlah buku bacaan dan secara langsung mengajak anak-anak dari SDN 1 dan SDN 2 Gintangan untuk datang ke pojok baca dan terlibat dalam kegiatan literasi.
Untuk memastikan keberlanjutan, mahasiswa juga menyusun sistem pengelolaan sederhana yang diserahkan kepada perangkat desa dan kader lokal. Penerapan pojok baca difokuskan di Dusun Kedungsari, meskipun pesertanya berasal dari berbagai wilayah di Desa Gintangan.
Mahasiswa juga memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi untuk menjangkau lebih banyak warga, terutama generasi muda. Salah satunya melalui video edukatif dan dokumentasi kegiatan pojok baca yang diunggah di TikTok. Video tersebut dapat diakses melalui tautan berikut: https://vt.tiktok.com/ZSShqmNuk/
"Dari puing-puing perpustakaan yang hilang, semangat literasi justru tumbuh lebih kuat. Pojok baca bukan hanya ruang membaca, tapi simbol bahwa keterbatasan fisik tak bisa membatasi semangat belajar," tambah Pandu.
Kini, pojok baca di Balai Desa Gintangan telah tumbuh menjadi lebih dari sekadar ruang alternatif, ruang ini menjadi ruang harapan, ruang tumbuh, dan ruang hidup bagi generasi muda desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI