Tak hanya itu, mahasiswa juga mendonasikan sejumlah buku bacaan dan secara langsung mengajak anak-anak dari SDN 1 dan SDN 2 Gintangan untuk datang ke pojok baca dan terlibat dalam kegiatan literasi.
Untuk memastikan keberlanjutan, mahasiswa juga menyusun sistem pengelolaan sederhana yang diserahkan kepada perangkat desa dan kader lokal. Penerapan pojok baca difokuskan di Dusun Kedungsari, meskipun pesertanya berasal dari berbagai wilayah di Desa Gintangan.
Mahasiswa juga memanfaatkan media sosial sebagai alat promosi untuk menjangkau lebih banyak warga, terutama generasi muda. Salah satunya melalui video edukatif dan dokumentasi kegiatan pojok baca yang diunggah di TikTok. Video tersebut dapat diakses melalui tautan berikut: https://vt.tiktok.com/ZSShqmNuk/
"Dari puing-puing perpustakaan yang hilang, semangat literasi justru tumbuh lebih kuat. Pojok baca bukan hanya ruang membaca, tapi simbol bahwa keterbatasan fisik tak bisa membatasi semangat belajar," tambah Pandu.
Kini, pojok baca di Balai Desa Gintangan telah tumbuh menjadi lebih dari sekadar ruang alternatif, ruang ini menjadi ruang harapan, ruang tumbuh, dan ruang hidup bagi generasi muda desa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI