Mohon tunggu...
Salma Maula Al zena Rasyadi
Salma Maula Al zena Rasyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seseorang mahasiswa di Universitas Islam Negri Sunan Gunung Djati Bandung yang selalu bersemangat untuk belajar banyak hal baru, memperluas wawasan, dan mengembangkan diri. Selain itu, saya juga memiliki ketertarikan besar pada dunia kreativitas. Saya senang menciptakan karya indah melalui berbagai media, seperti melukis, membuat DIY, dan aktivitas seni lainnya. Bagi saya, berkarya bukan hanya bentuk ekspresi diri, tetapi juga cara untuk menghadirkan keindahan dan nilai positif bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradigma Pengetahuan Ilmiah dan Alamiah dalam Penelitian Manajemen Pendidikan

10 September 2025   12:30 Diperbarui: 10 September 2025   15:15 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Manusia dan Kaca pembesar Sumber: Dokumen Pribadi

Pengetahuan merupakan hasil interaksi manusia dengan realitas, yang kemudian disusun menjadi kerangka berpikir untuk memahami, menjelaskan, dan memecahkan masalah kehidupan. Dalam penelitian, dua paradigma besar yang sering digunakan adalah paradigma ilmiah (scientific) dan paradigma alamiah (naturalistic). Kedua paradigma ini memiliki perbedaan mendasar dalam cara pandang terhadap realitas, metode, serta hubungan peneliti dengan objek penelitian. Dalam konteks manajemen pendidikan, pemahaman atas kedua paradigma menjadi penting agar riset mampu memberikan data yang kuat sekaligus makna yang kontekstual.

Paradigma ilmiah menekankan rasionalitas, objektivitas, dan pengukuran yang sistematis. Thomas Kuhn (1962) menyebut paradigma sebagai seperangkat asumsi dasar yang digunakan ilmuwan dalam memandang realitas. Ciri utama paradigma ilmiah adalah:

  1. Objektivitas -- peneliti menjaga jarak dari objek penelitian.
  2. Sistematis -- penelitian dilakukan melalui prosedur terstruktur.
  3. Kuantitatif -- lebih banyak menggunakan data numerik untuk menguji hipotesis.

Instrumen yang digunakan, seperti angket, observasi terstruktur, dan tes, harus valid serta reliabel agar hasilnya sahih. Dalam manajemen pendidikan, paradigma ini digunakan untuk menilai efektivitas kebijakan, kinerja guru, dan capaian siswa secara terukur. Misalnya, evaluasi program kurikulum dapat dilakukan melalui analisis statistik hasil belajar.

Namun, keterbatasan paradigma ini terletak pada kemampuannya yang terbatas menangkap kompleksitas interaksi manusia, terutama aspek nilai, makna, dan konteks sosial. Oleh karena itu, muncul kebutuhan menggabungkannya dengan pendekatan lain yang lebih fleksibel.

Paradigma alamiah menekankan pemahaman fenomena sosial secara utuh, mendalam, dan kontekstual. Paradigma ini berpijak pada pemikiran konstruktivisme yang memandang realitas sebagai hasil konstruksi sosial (Lincoln & Guba, 1985). Ciri utamanya adalah:

  1. Realitas jamak dan dinamis, tergantung pengalaman manusia.
  2. Makna lebih penting daripada angka.
  3. Peneliti terlibat langsung dengan partisipan penelitian.

Metode kualitatif seperti wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen digunakan untuk menangkap pengalaman, motivasi, dan interaksi sosial dalam konteks pendidikan. Misalnya, studi tentang kepemimpinan kepala sekolah tidak cukup dilihat dari angka kinerja, tetapi perlu memahami bagaimana guru dan siswa memaknai gaya kepemimpinan tersebut.

Relevansi paradigma alamiah dalam manajemen pendidikan terletak pada kemampuannya menghasilkan kebijakan yang lebih kontekstual, aplikatif, dan sesuai dengan realitas sosial-budaya sekolah.

Perbedaan keduanya dapat dilihat dari tiga aspek utama:

  1. Ontologis -- paradigma ilmiah melihat realitas sebagai tunggal dan objektif, sedangkan alamiah melihatnya sebagai jamak dan kontekstual.
  2. Epistemologis -- paradigma ilmiah menuntut peneliti menjaga jarak, sedangkan paradigma alamiah mengharuskan keterlibatan aktif peneliti.
  3. Metodologis -- paradigma ilmiah dominan kuantitatif, sedangkan paradigma alamiah kualitatif.

Bagi manajemen pendidikan, perbedaan ini bukan untuk dipertentangkan, melainkan dikombinasikan agar penelitian dapat menghasilkan data yang kuat sekaligus pemahaman mendalam.

Paradigma ilmiah memberikan keunggulan pada aspek generalisasi, prediksi, dan validasi kebijakan melalui data numerik. Namun, ia terbatas dalam menangkap makna sosial. Sebaliknya, paradigma alamiah unggul dalam eksplorasi nilai, budaya sekolah, dan interaksi guru-siswa, meski hasilnya sulit digeneralisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun