Katamu
Hujan adalah favoritmu
Yang deras kesukaanmu
Katamu
Gerimis adalah temanmu
Yang rintik-rintik teman bicaramu
Katamu
Reda adalah sepimu
Kamu sunyi tanpa hujan
Namun aku heran
Sungguh bimbang dengan segala pernyataan
Yang kau katakan
Katamu kamu mencintai hujan
Bahkan di puisi-puisimu
Hujan selalu menngambil bagian
Katamu hujan adalah bagian dirimu
Bahkan dalam sajak-sajakmu
Hujan selalu kau goreskan dengan tinta hitammu
Katamu hujan adalah ceritamu
Bahkan karya sastramu
Hujan adalah judul besarnya
Namun,
Saat hujan turun
Kau berlindung di bawah payung
Mengapa begitu?
Kala hujan deras,
Kau berlindung di balik atap rumah
Meliriknya keluar jendela pun tidak
Saat rintik jatuh
Kau mengeluh
Karena rencanamu hari itu
Menjadi terganggu
Bukankah katamu kamu mencintai hujan?
Lantas mengapa kamu membatasi diri dengannya?
Aku sungguh tak mengerti
Bukankah mestinya
Kamu bermain di bawah rintik hujan?
Berlari dengan licak tanahnya,
Juga menghirup aromanya
Hujan sudah datang
Dan kamu malah berdiam
Hujan tiba
Dan kamu marah-marah
Apa hujan
Hanya terhenti dalam goresan penamu?
Hanya berhenti di 'katanya'?
Hanya sampai titik koma karya dan bicaramu?
Aku tak tahu
Kamu membuat batas
Antara kamu
Dan hujan
Yang datang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI