Mohon tunggu...
Zaula Dzikrona
Zaula Dzikrona Mohon Tunggu... Mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga 24107030116

halo aku seorang ekstrovert

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Varian Unik Jadi Rahasia di Balik Melejitnya Es Dawe Ini!!

3 Juni 2025   17:25 Diperbarui: 4 Juni 2025   17:03 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto saya bersama ibu warsini, penjuak es dawet di pasar  ngasem, Yogyakarta (sumber: dokumentasi pribadi)

Di tengah persaingan bisnis kuliner yang semakin ketat dan tren minuman kekinian yang terus berubah, siapa sangka sebuah minuman tradisional seperti es dawet bisa menjadi primadona baru. Di tangan seorang penjual sederhana bernama Bu Warsini, es dawet yang biasanya kita temui dalam bentuk klasik kini berubah menjadi minuman yang unik, segar, dan viral. Keberhasilan usahanya tak lepas dari satu hal yang menjadi kunci: inovasi varian rasa, khususnya dawet durian yang kini jadi incaran banyak orang.

Bu Warsini bukanlah pengusaha besar atau pemilik kafe hits di pusat kota. Ia hanya seorang ibu rumah tangga yang berjualan menggunakan gerobak sederhana di pasar ngasem, Yogyakarta. Namun, sejak mulai berjualan satu bulan yang lalu, dagangan es dawetnya mendadak melejit dan ramai diperbincangkan, baik dari mulut ke mulut maupun di media sosial. Setiap harinya, lebih dari 200 pengunjung datang silih berganti untuk mencicipi kreasi dawet unik yang ia tawarkan.

Saat ditemui di lokasi jualannya, Bu Warsini menceritakan bahwa ide awal berjualan es dawet datang dari kegemarannya membuat minuman tradisional ini di rumah.

"Saya suka bikin dawet sendiri, dari kecil sudah terbiasa bantu ibu bikin untuk acara keluarga. Tapi belakangan saya lihat banyak minuman kekinian yang rame banget. Akhirnya saya coba berinovasi, tambahin rasa durian, tape, alpukat, dan nangka ke dawet saya. Ternyata disukai banyak orang," tutur Bu Warsini.

Meski baru seumur jagung baru satu bulan membuka usaha hasil yang diraih sungguh luar biasa. Gerobaknya selalu dipadati pembeli, bahkan kadang antrian mulai sejak pukul 7 pagi, tepat ketika ia mulai membuka lapak. Ia biasanya tutup pukul 1 siang, tetapi sering kali stok sudah habis sebelum pukul 12.00.

Dawet racikan Bu Warsini tetap mempertahankan unsur tradisional: cendol hijau kenyal, santan kental, dan gula merah cair yang legit. Namun sentuhan modern datang dari tambahan buah-buahan tropis seperti durian segar yang lembut dan harum, tape manis yang sedikit asam, hingga alpukat lembut yang kaya rasa. Kombinasi ini menciptakan pengalaman baru dalam menikmati es dawet, tanpa meninggalkan akar budaya minuman tradisional Indonesia.

"Yang paling laris ya dawet durian. Soalnya jarang ada yang jual. Banyak pelanggan bilang ini rasanya beda dari yang lain, duriannya asli, bukan perisa atau sirup," ujar Bu Warsini. Ia mengaku menggunakan bahan segar setiap hari, mulai dari santan yang diparut dan dimasak sendiri, hingga buah-buahan yang ia pilih langsung dari pasar. Tidak ada bahan pengawet ataupun perasa buatan semua alami, dan itulah yang membuat rasa dawetnya istimewa.

Karena rame di sosial media saya tidak datang sendiri untuk mencoba es dawet tersebut tapi saya juga mengajak teman saya nisya untuk mencicipi es dawet tersebut. "Awalnya saya kira dawet durian itu cuma tren iseng. Tapi pas saya coba sendiri... ini serius enak! Bahkan lebih enak dari minuman mahal di kafe," katanya.

Banyak juga pelanggan yang mengapresiasi komitmen Bu Warsini dalam menjaga kebersihan dan rasa. Meski hanya berjualan di pinggir jalan, es Dawet Bu Warsini bukan hanya soal rasa, tapi juga soal pengalaman menikmati sesuatu yang berbeda namun tetap familiar. Di tengah kebisingan minuman dengan banyak topping dan nama-nama asing, es dawet ini menjadi oase bagi mereka yang rindu akan cita rasa asli Indonesia namun tetap ingin merasakan sesuatu yang baru.

Dengan harga yang sangat terjangkau berkisar antara Rp8.000 hingga Rp12.000 per porsi pengunjung merasa mendapatkan nilai lebih dari segelas es dawet yang tidak hanya menyegarkan, tapi juga membahagiakan. Setiap porsi disajikan dalam gelas besar, dengan isian melimpah dan rasa yang tidak pelit bahan.

Ketika ditanya apakah ada rencana untuk membuka cabang atau memperluas usaha, Bu Warsini menjawab dengan rendah hati. "Saya sih jalanin pelan-pelan saja dulu. Yang penting bisa konsisten, pelanggan puas. Kalau ada rezeki dan bantuan, mungkin nanti buka satu tempat tetap atau kios kecil biar lebih nyaman."

Ia juga mengatakan bahwa saat ini masih dibantu anaknya yang ikut turun tangan, mulai dari menyiapkan bahan, melayani pembeli, hingga membantu promosi di media sosial. Ke depan, ia terbuka untuk menerima kerja sama, asalkan tetap bisa menjaga kualitas dan cita rasa asli yang menjadi ciri khas usahanya.

Kisah Bu Warsini dan es dawetnya adalah bukti bahwa inovasi tidak selalu harus besar dan mahal. Kadang, cukup dengan keberanian untuk menambahkan sentuhan baru pada sesuatu yang klasik, hasilnya bisa luar biasa. Di saat banyak orang berusaha tampil modern dengan meniru budaya luar, Bu Warsini justru berhasil melejit dengan cara mempertahankan kearifan lokal, sambil menyajikannya dalam bentuk yang lebih menarik.

Es dawet durian Bu Warsini bukan hanya tentang minuman segar di tengah panasnya cuaca, tapi juga tentang kreativitas, ketekunan, dan keberanian untuk mencoba. Siapa sangka, dari gerobak kecil di tepi jalan, lahir sebuah cerita besar yang menginspirasi banyak orang.

Jadi, kalau kamu sedang mencari minuman yang tak hanya menyegarkan tapi juga punya cerita di balik rasanya, es dawet Bu Warsini wajib masuk dalam daftar tujuanmu. Tapi ingat, datang lebih pagi supaya nggak kehabisan!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun