2.Evaluasi proses: Menilai pelaksanaan kegiatan, partisipasi audiens, dan respons selama kegiatan berlangsung.
 3.Evaluasi output dan dampak: Mengukur perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku audiens serta keberlanjutan dampak setelah kegiatan selesai.
Selain evaluasi, aspek pengembangan dakwah juga penting agar dakwah tidak stagnan. Pengembangan bisa berupa inovasi metode, perluasan jangkauan audiens, penguatan kapasitas pendakwah, dan integrasi dakwah dengan isu-isu sosial kontemporer seperti lingkungan, mental health, dan toleransi.
Refleksi dan Pengamatan Pribadi berbasis Keseharian saya:Â
1. Mengikuti Kegiatan Kajian Rutin yang Stagnan
Saya sempat mengikuti kajian mingguan yang awalnya ramai, tapi lama-lama sepi. Setelah ditelusuri, ternyata temanya terlalu repetitif dan gaya penyampaiannya tidak berubah. Tidak ada sesi tanya jawab atau upaya pembaruan metode. Ini jadi contoh bagaimana kurangnya evaluasi dan pengembangan membuat program dakwah kehilangan daya tarik.
2. Diskusi Internal di LDK Kampus
Saya mengikuti rapat evaluasi Lembaga Dakwah Kampus (LDK) tempat saya aktif. Dalam rapat, kami membahas respon peserta kegiatan Ramadan. Ternyata, kegiatan lomba konten dakwah di media sosial mendapat respon paling tinggi. Hasil evaluasi ini menjadi dasar kami mengembangkan program dakwah kreatif digital yang lebih rutin ke depannya.
3. Kesulitan Mengukur Dampak Dakwah Pribadi
Saya menyadari bahwa saat menulis konten dakwah di media sosial, saya sering tidak tahu apakah itu berpengaruh atau tidak. Tapi ketika ada teman yang diam-diam menyampaikan, "Aku terbantu banget dari postingan kamu waktu itu," saya sadar bahwa dampak dakwah tidak selalu langsung terlihat, tapi bisa muncul dalam waktu dan cara yang tidak terduga.
4. Belajar dari Kritik Teman