Pada halaman buku yang lusuh, kau tulis tentang setangkai mawar yang rekah: "Mawar tak pernah melantamkan aromanya, tapi semerbak harum mawar itu tersebar di sekitarnya."
Akupun ingin menjadi sekuntum mawar.
Pada sehelai potret usangmu, kubaca sebaris petuahmu: "Jangan pernah meninggalkan sejarah!"
Kau tak pernah tahu. Ketika itu, akupun ingin menoreh sejarah.
Pada setiap dinding zaman, orang-orang asik berbincang tentang kawan, lawan dan pahlawan. Namamu pun masih berjajar di barisan terdepan.
Aku segera menekan ingin. Namun, menyimpan satu pertanyaan: Apatah sempat terpikir, kau memilih kawan dan memilah lawan agar menjadi pahlawan?
Curup, 20.05.2022
zaldychan
#Harikebangkitannasional2022
Catatan: (huruf miring) adaptasi kalimat Bung Karno