"Tulis tentang kita aja!"
"Hah?'
***
Kau tak mungkin lupa, bahwa aku terlalu tua untuk menyusun sebuah cerita. Hal berbeda, jika yang kutulis hanya sekadar cerita. Bukan cerita tentang kita.
Aku bisa saja menulis sosok lelaki yang berani dan rela menikmati patah hati, demi mencintai. Atau tokoh perempuan yang bunuh diri, setelah menyadari jika tak pernah dicintai. Namun, itu bukan kisah kita.
Aku kerapkali berhadapan dengan rajukmu, jika tokoh utama sebuah cerita, kulenyapkan dalam senyap.
"Kenapa harus mati, Mas?"
Aku tak harus menjelaskan padamu. Bahwa kematian adalah menyediakan ruang dan waktu bagi kehidupan yang baru.
Akupun tak mungkin mengurai alasan, jika satu-satunya pembunuhan tanpa ancaman hukuman, adalah menghilangkan tokoh utama dalam tulisan.
Penulis pun tak harus menuturkan pilihan, kenapa pelaku kejahatan berakhir sebagai pahlawan? Atau orang yang penuh penderitaan tak bisa mereguk kebahagiaan, walau sekadar sebuah cerita?
Kau tak perlu tahu. Aku hanya ingin, satu-satunya cerita yang berakhir bahagia, adalah cerita kita. Kau, juga aku.