Jelang azan magrib. Kolam berukuran satu meter persegi itu selesai. Engkong mencegahku menimba air untuk mengisi kolam kecil itu.
"Habiskan kopimu. Kemudian, pulanglah!"
***
Enam bulan berlalu. Siapa pun yang akan memasuki Gang Sapi, akan disambut riuh suara bebek milik Engkong. Sepasang bebek itu sudah memiliki keturunan ketiga. Ada sembilan belas ekor. Lima di antaranya calon indukan baru yang sedang bertelur. Kandang sapi itu mulai terlihat sempit.
"Jual saja sebagian, Kong! Duitnya ditabung!"
"Tak akan!"
Kali ini saranku tak berlaku. Engkong tetaplah pribadi yang kukenal sejak lama. Kata iya dan tidak, memiliki dinding pembatas yang mungkin mengalahkan kekokohan tembok raksasa yang berada di negeri Tirai Bambu.
***
Kalimat itu masih bertahan hingga sore tadi di kantor polisi. Setelah ada pengaduan dari sebagian warga Gang Sapi yang keberatan dengan keberadaan bebek milik Engkong.
Tak hanya tentang jumlah, tapi juga riuh suara yang dihasilkan ratusan ekor bebek itu, mulai mengusik ketenangan pemukiman. Termasuk keluhan tentang kotoran bebek yang berserakan di sepanjang jalan gang. Seperti kuduga, Engkong tak terkalahkan.
"Memang sekarang ada larangan memelihara bebek?"