Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Hal-hal yang Menjengkelkan dalam Sepakbola dan Menulis

16 September 2020   18:09 Diperbarui: 17 September 2020   00:18 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pierluigi Collina. wasit final Champion League 1999 (sumber gambar : https://setanmerah.net)

Suka bermain sepakbola? Atau antusias menonton pertandingan? Apa yang dirasakan saat menyaksikan sebuah partai final yang melibatkan kesebelasan kesayangan Anda?

Bisa saja, aliran darah mengalir deras, jantung pun bekerja lebih keras. Konsentrasi berlipat ganda, terkadang mengabaikan orang tercinta. Bahkan tersedia serenteng bom waktu, berwujud makian atau teriakan yang siap diletuskan pada momen-momen tertentu

Bagaimana jika ternyata hasil pertandingan, tak berujung kemenangan untuk tim kesayangan? Lahirkan amarah, sedih bercampur pasrah, atau malah ngedumel karena hasilnya menjengkelkan?

Kali ini, aku paparkan hal-hal yang menjengkelkan dalam sepakbola. Dan, sependektahuku, ternyata juga bisa terjadi dalam hal menulis. Apa hubungannya? Aku tulis, ya?

Pertama. Striker yang Tidak Mencetak Gol

Ingat! Tugas utama striker adalah mencetak gol! Pemilik klub mesti mengeluarkan biaya transfer yang mahal, demi memiliki penyerang yang yahud. Karena dalam sepakbola, ukuran kemenangan adalah jumlah gol. Bukan hompimpah!

Antrian panjang para fans untuk membeli tiket ke stadion, terkadang berhadapan dengan tukang catut, keributan di barisan atau lelah menunggu sambil berdesakan. Tujuannya sama. Melihat gol!

Atau, para penonton yang tak bisa menyaksikan langsung. Rela begadang menonton di layar televisi. Tak hanya ingin menyaksikan tim kesayangan bertanding. Namun, berharap menjadi saksi kemenangan penting. Dan itu ditentukan oleh jumlah gol!

Apa jadinya, kalau seorang penyerang itu, walau memiliki loyalitas dan komitmen yang tinggi. Tak henti berlari membuka ruang bagi rekan lain, membantu pertahanan serta mau berkorban untuk tim. Namun tak pernah mencetak gol?

Bagi penonton, peran apapun yang dilakukan oleh striker untuk tim, menjadi tak penting, jika tak mencetak gol. Apapun alasannya! Kasar bicara, "Sebagai penyerang, Anda dibayar untuk mencetak gol! Bukan berlari!"

Sangat menjengkelkan, jika menemukan striker yang dibayar mahal, hanya mencetak 4 atau 5 gol dalam satu musim, kan?

Manchester United, Pemenang Final Dramatis musim 1999 (sumber gambar : https://www.bola.net)
Manchester United, Pemenang Final Dramatis musim 1999 (sumber gambar : https://www.bola.net)
Kedua. Salah Formasi dan Taktik

Bukan rahasia lagi, penonton memiliki peran istimewa. Sebagai penyidik dan pelidik, sebagai penuntut keadilan sekaligus "pemegang" palu hakim. Penonton berhak menilai, menyalahkan, membenarkan, membela sekaligus memutuskan. Apatah lagi sesudah pertandingan. Hihi...

Ada yang ingat Final Champion League antara Manchester United versus Bayern Munchen tahun 1999? Kukira salah satu final paling dramatis yang pernah ada dalam pertandingan sepakbola.

Pelatih Red Devils, Sir Alex Ferguson, membuat "unsur kejutan" pada partai puncak itu. Ryan Giggs, Pemain sayap kiri yang luar biasa lincah, dipasang di sayap kanan. Jesper Blomqvist dipasang di sayap kiri.

David Beckham yang biasa beroperasi di sayap kanan, malah ditarik ke tengah menemani Nicky Butt sebagi gelandang bertahan! "Gugatan" terhadap formasi ini, begitu deras di awal pertandingan. Baik komentator di televisi, pastinya dari penonton. Apatah lagi, Manchester United kehilangan Roy Keane dan Paul Scholes.

Hasilnya? Berpihak pada pelatih, setelah di babak kedua, kembali mengubah Giggsy dan Beckham pada posisi ideal. Sesuai keinginan komentator dan fans Red Devils yang sempat jengkel. Namun menjadi hasil akhir menjengkelkan bagi fans Muenchen.

Muenchen yang unggul 1-0 sejak menit ke-6 melalui Mario Basler, akhirnya tunduk 1-2 oleh dua gol injury time dari kaki Ole Gunnar Solskjaer dan Teddy Sheringham! Bagi fans kedua tim, perih yang sama, pada waktu yang berbeda.

Setelah era Cattenacio ala Italia, Samba-nya Brasil, Tango milik Argentina serta Kick and Rush milik Inggris. Sepakbola modern berkiblat pada Tiki-taka ala Pep Guardiola, serta taktik "Parkir Bus" milik The Special One Jose Maurinho. Terakhir Geigen Pressure ala Klop pelatih Liverpool.

Semifinal leg kedua Champion League musim 2010 antara Barcelona versus Inter Milan, adalah bukti. Main cantik dan operan presisi bola pendek tiki-taka yang "menyengat", takluk pada hasil akhir strategi parkir Bus Maurinho. Bahkan, Samuel Etoo, seorang striker ganas diminta menjadi Bek!

Pertandingan yang menjengkelkan bagi Fans El Barca juga pencinta sepakbola indah! 

Namun, semua penghujat terkesima, ketika Inter Milan mengunci kemenangan 2-0 di partai puncak dengan mengalahkan Bayern Muenchen. Pembuktian bagi Maurinho. Bahwa, dalam sepakbola, yang berbicara adalah hasil akhir. Yaitu kemenangan.

Samuel Etoo, striker Inter Milan yang harus berperan sebagai bek melawan Barcelona di champions League 2010 (sumber gambar : https://www.inter.it)
Samuel Etoo, striker Inter Milan yang harus berperan sebagai bek melawan Barcelona di champions League 2010 (sumber gambar : https://www.inter.it)
Ketiga. Reporter atau Komentator Lebay

Eh, ini menurutku, ya? Pernah menonton pertandingan sepakbola di negara Amerika latin? Anggaplah pada turnamen Copa Amerika. Aku tak mengerti bahasanya, yang aku dengar, jika tercipta gol, maka teriakan komentator itu sehabis nafas. Gol...Gol...Gooooooooooooooooool!

Ada juga reporter yang tidak membahas jalannya pertandingan di lapangan. Tapi menjelaskan tentang teknik yang pas saat tendangan penalti, atau posisi penjaga gawang yang baik. Gawatnya, ada yang bercerita pengalamannya saat bermain atau membahas gosip pemain dengan pasangannya yang selebriti. Menjengkelkan!

Terakhir, masih berkaitan dengan komentator. Kukira, hanya ada di Indonesia. Saat menyaksikan pertandingan, seakan-akan kita diajak ke negeri dongeng ala HC Andersen atau dalam dunia hayal JK Rowling dengan Harry Potter-nya.

"Luar biasa! Umpan cantik, manis, aduhay dan maha dahsyat membelah lautan..."

"Kiper brilian! Aksi fantastis di udara! Laksana memetik bulan purnama..."

"Serangan sporadis terus dilakukan. Menggempur dan menghancurkan Benteng Byzantium..."

Aih, kurang lebih begitu, kan? Bagiku, itu menjengkelkan. Entahlah, jika itu dianggap bagian dari hiburan, aku juga rapopo

Ilustrasi Prose menulis (sumber gambar : pixabay.com)
Ilustrasi Prose menulis (sumber gambar : pixabay.com)
Terus, Apa Hubungannya dengan Menulis?

Seperti kutungkapkan diawal tulisan ini. tiga kejengkelan dalam sepakbola itu, juga kualami dalam hal menulis.

Pertama. Seperti striker yang harusnya mencetak gol, aku memiliki keinginan untuk setiap hari melahirkan sebuah tulisan. Namun ada saja kendala yang menyebabkan aku tak bisa menulis secara rutin.

Entah waktu yang sempit, bahan yang sedikit, atau sinyal yang suka kedap-kedip. Menjengkelkan! Dan semakin jengkel, saat melihat teman-teman yang tergabung dalam WA Grup menulis, nyaris setiap waktu berbagi tulisan! Itu menjengkelkan. Aku seperti striker ompong! Hiks..

Kedua. Gagal fokus dan sering salah formasi. Ada kalanya, aku membuat outline kasar sebuah tulisan, agar tak lari dan liar saat proses menulis. Namun, acapkali, aku tak disiplin dengan sistematika tulisan yang sudah dirancang.

Semisal di kanal fiksi. Awalnya mau menulis puisi, malah jadi cerpen! Atau sebaliknya. Terkadang mau menulis tema rindu, malah hasilnya berakhir pilu. Belum lagi, ada perasaan "dejavu" sepertinya pernah menulis tentang itu. Akhirnya menikung di tengah jalan!

Alhasil? Malah menjadi tulisan yang "jauh panggang dari api"! Seringkali terjadi akrobat tulisan. Seperti artikel ini. Malah sesukanya menghubungkan sepakbola dengan menulis! Padahal, aib bagi penembak jitu, jika salah sasaran, kan? Menjengkelkan!

Ketiga. Nah, ini yang rada susah. Ada kalanya, bertambah semangat, bangga atau bahagia saat menerima komentar. Apalagi jika ada yang memuji usai menulis. Namun, juga khawatir, jika komentar bernada pujian itu, malah mengaburkan akal pikir atau menguburkan akal budi.

Sebaliknya! Jika menemukan kritikan, ada rasa deg-degan, was-was bahkan terkadang berpengaruh pada keinginan menulis yang menyentuh titik terendah! Ada yang mengalami situasi begini? Aku pernah! Dan itu, juga menjengkelkan!

Begitulah! Dalam sepakbola, atau dalam menulis, ada saja hal-hal yang menjengkelkan. Dan itu, lebih karena acapkali gagap dan gagal mengelola harapan. Terkadang, keliru berharap atau salah mengerti fungsi itu, menjengkelkan!

Sama halnya, berharap pada tukang gali sumur, yang ternyata, lebih menguasai instalasi listrik! Hiks...

Curup, 16.09.2020

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun