Namun, semua penghujat terkesima, ketika Inter Milan mengunci kemenangan 2-0 di partai puncak dengan mengalahkan Bayern Muenchen. Pembuktian bagi Maurinho. Bahwa, dalam sepakbola, yang berbicara adalah hasil akhir. Yaitu kemenangan.
Eh, ini menurutku, ya? Pernah menonton pertandingan sepakbola di negara Amerika latin? Anggaplah pada turnamen Copa Amerika. Aku tak mengerti bahasanya, yang aku dengar, jika tercipta gol, maka teriakan komentator itu sehabis nafas. Gol...Gol...Gooooooooooooooooool!
Ada juga reporter yang tidak membahas jalannya pertandingan di lapangan. Tapi menjelaskan tentang teknik yang pas saat tendangan penalti, atau posisi penjaga gawang yang baik. Gawatnya, ada yang bercerita pengalamannya saat bermain atau membahas gosip pemain dengan pasangannya yang selebriti. Menjengkelkan!
Terakhir, masih berkaitan dengan komentator. Kukira, hanya ada di Indonesia. Saat menyaksikan pertandingan, seakan-akan kita diajak ke negeri dongeng ala HC Andersen atau dalam dunia hayal JK Rowling dengan Harry Potter-nya.
"Luar biasa! Umpan cantik, manis, aduhay dan maha dahsyat membelah lautan..."
"Kiper brilian! Aksi fantastis di udara! Laksana memetik bulan purnama..."
"Serangan sporadis terus dilakukan. Menggempur dan menghancurkan Benteng Byzantium..."
Aih, kurang lebih begitu, kan? Bagiku, itu menjengkelkan. Entahlah, jika itu dianggap bagian dari hiburan, aku juga rapopo
Seperti kutungkapkan diawal tulisan ini. tiga kejengkelan dalam sepakbola itu, juga kualami dalam hal menulis.